Minggu, 31 Januari 2016

7EB5B7A7 - 3 GODAAN SYAITAN MENJELANG PERNIKAHAN

Portalsaudaramuslim - Pernikahan tentu menjadi momentum
yang sangat ditunggu-tunggu bagi semua orang. Tidak hanya calon mempelai, keluarga juga turut bahagia dengan salah satu proses kehidupan yang akan dilalui ini.

Namun setan begitu benci jika ada manusia memutuskan menikah. Bahkan, mereka akan melakukan segala cara agar pernikahan tidak terjadi. Salah satu yang diutus untuk menghalang-halangi pasangan yang akan menikah adalah setan A'war.

Tidak heran jika ada pasangan yang sudah mantap menikah harus batal dan kandas ditengah jalan. Untuk mengantisipasinya manusia perlu mengetahui bentuk godaan yang dilakukan oleh setan. Seperti apa? Berikut ringkasannya. 

1. Menumbuhkan Rasa Ragu
Diantara pasangan yang sudah menikah pasti pernah berfikir “Jadi menikah dengan dia atau tidak”, “Apakah nantinya dia bisa membahagiakan saya?”, “Apakah dia orang yang tepat” dan masih banyak lagi pertanyaan lainnya. Tidak dipungkiri ada orang yang awalnya mantap menikah kemudia memutuskan untuk membatalkannya karena keragu-raguan ini.

Ternyata sifat ragu adalah tipu daya setan. Mereka menumbuhkan perasaan ragu agar calon mempelai bimbang dan memutuskan untuk tidak menikah. Rasulallah saw pernah bersabda, bahwa rasa was-was itu, rasa takut dan khawatir yang berlebihan datangnya dari setan yang dihembuskan oleh setan melalui hawa nafsu untuk menghambat manusia beribadah kepada Allah SWT dalam urusan pernikahan.

Sejatinya setan akan menjerumuskan manusia kepada hal-hal zina, sehingga ketika keraguan ini muncul, dan memutuskan membatalkan pernikahan, maka setan berhasil menjerumuskan mereka ke dalam lubang perzinan. Misalnya mereka kembali mencari calon mempelai lagi dengan jalan

berpacaran dan sebagainya.

2. Mendadak ‘Laris Manis’
Godaan setan selanjutnya adalah menumbuhkan rasa dihati calon mempelai bahwa mereka banyak yang suka. Baik calon mempelai laki-laki atau perempuan merasa seolah-olah banyak orang lain yang  seolah-olah menyukai atau jatuh cinta padanya.

Biasanya perasaan ini muncul ketika keputusan pernikahan sudah diambil. Setan pun melancarkan serangannya dengan menghadirkan perasaan tersebut. Tidak sedikit laki-laki atau perempuan yang menuruti godaan ini, hingga sampai menjalin hubungan hati dengan laki-laki atau perempuan lain.

Biasanya calon pengantin akan mulai membanding-bandingkan calon istri atau suaminya dengan orang baru tersebut. Celakanya jika orang baru ini agresif maka mereka akan lebih mudah untuk mendapatkan hati calon mempelai.

Memang, laki-laki atau perempuan yang akan menikah biasanya   memancarkan aura bahagia dari dalam jiwanya. Hal inilah yang membuat orang lain menjadi tertarik  bahkan jatuh cinta kepadanya, padahal ia sudah tinggal menunggu waktu untuk melaksanakan pernikahan.

Tidak heran jika ada pasangan yang sudah mempersiapkan hari H namun menikahnya dengan orang lain. Setan akan masuk ke dalam diri manusia melalui pintu hasud dan rakus. Manusia akan dibuat tidak akan pernah puas dengan apa yang Ia dapatkan saat ini.Ketika ada yang lebih tampan, cantik, dan kaya, maka calon mempelai yang lemah imannya akan mudah tergoda. Padahal bisa saja hal itu tampak di awal saja. 

3. Memperlihatkan Kekurangan dan Kelemahan Pasangan
Jelang pernikahan,  setan juga akan memperlihatkan kekurangan dan kelemahan calon suami atau istri. Sedikit saja masalah akan memicu kemarahan besar, bahkan berujung fatal hingga membatalkan pernikahan. Marah menimbulkan kekacauan pikiran. Jika seseorang marah, setan akan mempermainkannya seperti anak kecil yang memainkan bola.

Padahal tidak ada manusia yang sempurna. Dengan siapa pun kita akan menikah, pasti mereka juga memiliki kekurangan. Kekurangan pasangan sejatinya kekuranganmu yang harus ditutupi. Ini adalah tipu daya setan yang menyesatkan. Sehingga mereka tertawa bahagia ketika pasangan yang akan membangun rumah tangga membatalkan pernikahannya.

Rabu, 27 Januari 2016

7EB5B7A7 Hidup Bukan Soal Kaya Atau Miskin. Tapi, Tentang Sabar dan Bersyukur.

Banyak sekali artikel yang mengetengahkan tema bersyukur dan ajakan untuk senantiasa sabar. Judul diatas saya kutip dari seorang guru yang sangat saya kagumi. Ustaz Subhan Bawazier, semoga Allah memanjangkan umur beliau dalam ikhlas berbagi ilmu kepada kita yang jauh dari alim. Menyoal hidup yan kian hari kian terasa berat. Ada satu kunci yang bisa membuat hidup tras lebih ringan. Membuat senyum lebih terkembang ikhlas.

Ndilalah, masalah demi maslaah dalam hidup terus menari di dapan mata. Seolah meledek kita yang tengah terngah-engah mengejar semua kebutuhan hidup. Naif jika kita menafikan materi dalam hidup. Naif juga bila kita serta-merta membuatnya sebagai satu-satunya tujuan hidup. Karena bahagia adalah tentang rasa.

Percayalah, manusia tidak akan pernah punya segalanya.
Islam adalah agama yang membuat hambanya berserah diri secara utuh kepada Yang Maha. Karena tidak satu alasan pun untuk bargaining dengan perintah maupun laranganNya. Itu adalah kesempurnaan sebuah agama. Menerima sepenuhnya. Menjalankan penuh kerelaan.

Tentu saja kamu pernah melihat atau mengenal orang yang nampak punya segalanya. Hdup bergelimang harta, karir cemerlang, keluarga bahagia, reputasi tanpa cela, ahli ibadah, berjiwa sosial, dan selalu menyayangi. Orang yang secara zahir membuat kita pantas iri dengannya. Tapi sekali lagi, percayalah, manusia punya keterbatasan untuk melihat. Kita hanya bisa menganalisa dari jauh. Lalu dengan pongah mengambil kesimpulan dan memercayai apa yang ingin kita percayai.

Titik terendah seorang manusia bukan saat ia tidak memiliki apapun di kantongnya. Tapi ketiadaan iman di relung hatinya.
Putus cinta, dikhianati, diabaikan, dan diperlakukan semena-mena seringkali membuat kita jatuh. Tersungkur meratapi betapa hina dan rendahnya kita dalam hidup ini. Kemudian diam-diam menyimpan dendam, menggubah kalimat-kalimat rutukan yang kita tahu tidak bisa mengubah apapun yang telah, akan, dan tengah terjadi.

Terlebih, manusia sangat membenci momen saat ia tidak miskin secara materi. Saat saldo rekening tak lagi sanggup menghidupi, saat segala macam kebutuhan terasa luar biasa mahal. Saat itu kita akan merasa menderita yang sebenarnya. Harus diakui, materi adalah sahabat karib manusia.

Namun, di atas semua itu. Perasaan kekurangan dan ketidakberdayaan yang sebenarnya bukan berasal dari ketiadaan materi. Saya tidak berusaha untuk berkata bijak di sini. Tapi memang, logikanya materi bersifat konkrit dan mudah habis. Sementara itu, kepemilikan iman di hati akan senantiasa kekal. Meneguhkan dan menyemangati hidup.

Saat ini, di luar sana. Ada ribuan orang yang rela mati untuk bisa hidup seperti kamu.
Bagaimana cara menimbulkan perasaan bersyukur? Adalah dengan berhenti mengeluh. Dengan menempatkan diri secara tepat. Karena secara alami, manusia tidak akan pernah merasa lebih baik dari sesamanya. Untuk itu, saat banyak nikmat hidup telah direngkuh. Alih-alih menyibukkan diri dengan selusin rencana pribadi yang duniawi. Coba luangkan waktu untuk mengatakan dalam hati. "Ada berapa banyak orang yang hidupnya tidak lebih beruntung dari saya?"

Sabar itu kata sifat. Bukan kata benda yanng terbatas kuantitas dan kualitasnya.
Sabar itu ada batasnya. Habis sudah kesabaran saya. Kamu pikir, saya masih bisa sabar?
Saya emmang belum mengecek apa makna sabar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tapi, jika boleh mengutarakan maknanya, buat saya, sabar adalah kata sifat. Dan setiap kata sifat itu tidak terikat ukuran. Artinya, tidak ada batasan yang ajeg untk menentukan seberapa besar atau kecil atau banyak atau sedikit jumlah dan/atau mutunya.

Kata sifat itu relatif. Punya parameter berbeda untuk setiap orang. Kita memang bisa mengambil suara terbanyak atau kebiasaan publik untuk memaknai kata sabar. Tapi tetap saja, sabar selalu terkait dengan kondisi dan situasi. Isu yang diangkat tidak pernah bisa digeneralisasi. Oleh karenanya, sebagai makhluk yang senantiasa bergerak. Menghadapi jutaan kemungkinan. Rasanya sangat sombong jika secara pribadi kita membatasi rasa sabar untuk diri sendiri.

Kamis, 14 Januari 2016

7EB5B7A7 - HUKUM MEMBUNUH ORANG KAFIR

Hukum Membunuh atau “Ngebom” Orang Kafir

Muhammad Abduh Tuasikal, MScArtikel 

Apa hukum membunuh atau ngebom orang kafir?

Perlu diketahui …

Orang-orang kafir yang haram untuk dibunuh adalah tiga golongan:
1.      Kafir dzimmi (orang kafir yang membayar jizyah/upeti yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin)
2.      Kafir mu’ahad (orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati)
3.      Kafir musta’man (orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin)
Sedangkan orang kafir selain tiga di atas yaitu kafir harbi, itulah yang boleh diperangi.
Berikut kami tunjukkan beberapa dalil yang menunjukkan haramnya membunuh tiga golongan kafir di atas secara sengaja.
[Larangan Membunuh Kafir Dzimmi yang Telah Menunaikan Jizyah]

Allah Ta’ala berfirman,
قَاتِلُوا الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلا بِالْيَوْمِ الآخِرِ وَلا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. At Taubah: 29)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ قَتِيلًا مِنْ أَهْلِ الذِّمَّةِ لَمْ يَجِدْ رِيحَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

[Larangan Membunuh Kafir Mu’ahad yang Telah Membuat Kesepakatan untuk Tidak Berperang]
Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab “Dosa orang yang membunuh kafir mu’ahad tanpa melalui jalan yang benar”.Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا
“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166)

[Larangan Membunuh Kafir Musta’man yang telah mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin]
Allah Ta’ala berfirman,
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At Taubah: 6)
Dari ‘Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذِمَّةُ الْمُسْلِمِينَ وَاحِدَةٌ يَسْعَى بِهَا أَدْنَاهُمْ
“Dzimmah kaum muslimin itu satu, diusahakan oleh orang yang paling bawah (sekalipun)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dengan dzimmah dalam hadits di atas adalah jaminam keamanan. Maknanya bahwa jaminan kaum muslimin kepada orang kafir itu adalah sah (diakui). Oleh karena itu, siapa saja yang diberikan jaminan keamanan dari seorang muslim maka haram atas muslim lainnya untuk mengganggunya sepanjang ia masih berada dalam jaminan keamanan.” (Syarh Muslim, 5/34)
Adapun membunuh orang kafir yang berada dalam perjanjian dengan kaum muslimin secara tidak  sengaja, Allah Ta’ala telah mewajibkan adanya diat dan kafaroh sebagaimana firman-Nya,
وَإِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ فَدِيَةٌ مُسَلَّمَةٌ إِلَى أَهْلِهِ وَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ تَوْبَةً مِنَ اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Dan jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barang siapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat kepada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisaa’: 92)

Rujukan:
Biayyi ‘Aqlin wa Diinin Yakuunu At Tafjiiru wa At Tadmiiru Jihaadan [?], Syeikh Abdul Muhsin bin Hamad Al Abbad Al Badr, http://islamspirit.com
Shahih At Targhib wa At Tarhib, Muhammad Nashiruddin Al Albani, Maktabah Al Ma’arif – Riyadh
Syarh Muslim, An Nawawi, Mawqi’ Al Islam
Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsiri Kalamil Mannan, Syeikh ‘Abdurrahman  bin Nashir As Sa’di, Muassasah Ar Risalah
***
Diselesaikan di rumah mertua tercinta, Panggang, Gunung Kidul
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel https://rumaysho.com

7EB5B7A7 - 3 AMALAN PELUANG AHLI SURGA

3 AMALAN PEMUDA AHLI SURGA
Di salah satu sudut Masjid Nabawi terdapat satu ruang yang kini digunakan sebagai ruang khadimat. Dahulu di tempat itulah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalaam senantiasa berkumpul bermusyawarah bersama para Shahabatnya radhiallaahu 'anhum. Di sana Beliau SAW memberi taushiyyah, bermudzakarah, dan ta'lim.
Suatu ketika, saat Rasulullah SAW memberikan taushiyyahnya, tiba-tiba Beliau SAW berucap, "Sebentar lagi akan datang seorang pemuda ahli surga."
Para Shahabat r.hum pun saling bertatapan, di sana ada Abu Bakar Ash Shiddiqradhiallaahu 'anhu, Utsman bin Affanradhiallaahu 'anhu, Umar bin Khattabradhiallaahu 'anhu, dan beberapa Shahabat lainnya.
Tak lama kemudian, datanglah seorang pemuda yang sederhana. Pakaiannya sederhana, penampilannya sederhana, wajahnya masih basah dengan air wudhu. Di tangan kirinya menenteng sandalnya yang sederhana pula.
Di kesempatan lain, ketika Rasulullah SAW berkumpul dengan para Shahabatnya, Beliau SAW pun berucap, "Sebentar lagi kalian akan melihat seorang pemuda ahli surga." Dan pemuda sederhana itu datang lagi, dengan keadaan yang masih tetap sama, sederhana.
Para Shahabat yang berkumpul pun terheran-heran, siapa dengan pemuda sederhana itu? Bahkan hingga ketiga kalinya Rasulullah SAW mengatakan hal yang serupa. Bahwa pemuda sederhana itu adalah seorang ahli surga.
Seorang Shahabat, Mu'adz bin Jabbalradhiallaahu 'anhupun merasa penasaran. Amalan apa yang dimilikinya sampai-sampai Rasul menyebutnya pemuda ahli surga?
Maka Mu'adzradhiallaahu'anhu berusaha mencari tahu. Ia berdalih sedang berselisih dengan ayahnya dan meminta izin untuk menginap beberapa malam di kediaman si pemuda tersebut. Si pemuda pun mengizinkan. Dan mulai saat itu Mu'adz mengamati setiap amalan pemuda tersebut.
Malam pertama, ketika Mu'adz bangun untuk tahajud, pemuda tersebut masih terlelap hingga datang waktu shubuh. Ba'da shubuh, mereka bertilawah. Diamatinya bacaan pemuda tersebut yang masih terbata-bata, dan tidak begitu fasih. Ketika masuk waktu dhuha, Mu'adz bergegas menunaikan shalat dhuha, sementara pemuda itu tidak.
Keesokkannya, Mu'adz kembali mengamati amalan pemuda tersebut. Malam tanpa tahajjud, bacaan tilawah terbata-bata dan tidak begitu fasih, serta di pagi harinya tidak shalat dhuha.
Begitu pun di hari ketiga, amalan pemuda itu masih tetap sama. Bahkan di hari itu Mu'adz shaum sunnah, sedangkan pemuda itu tidak shaum sunnah.
Mu'adz pun semakin heran dengan ucapan Rasulullah SAW. Tidak ada yang istimewa dari amalan pemuda itu, tetapi Beliau SAW menyebutnya sebagai pemuda ahli surga. Hingga Mu'adz pun langsung mengungkapkan keheranannya pada pemuda itu.
"Wahai Saudaraku, sesungguhnya Rasulullah SAW menyebut-nyebut engkau sebagai pemuda ahli surga. Tetapi setelah aku amati, tidak ada amalan istimewa yang engkau amalkan. Engkau tidak tahajjud, bacaanmu pun tidak begitu fasih, pagi hari pun kau lalui tanpa shalat dhuha, bahkan shaum sunnah pun tidak. Lalu amal apa yang engkau miliki sehingga Rasul SAW menyebutmu sebagai ahli surga?"
"Saudaraku, aku memang belum mampu tahajjud. Bacaanku pun tidak fasih. Aku juga belum mampu shalat dhuha. Dan aku pun belum mampu untuk shaum sunnah. Tetapi ketahuilah, sudah beberapa minggu ini aku berusaha untuk menjaga tiga amalan yang baru mampu aku amalkan."
"Amalan apakah itu?"
"Pertama, aku berusaha untuk tidak menyakiti orang lain. Sekecil apapun, aku berusaha untuk tidak menyinggung perasaan orang lain. Baik itu kepada ibu bapakku, istri dan anak-anakku, kerabatku, tetanggaku, dan semua orang yang hidup di sekelilingku. Aku tak ingin mereka tersakiti atau bahkan tersinggung oleh ucapan dan perbuatanku."
"Subhanallah... kemudian apa?"
"Yang kedua, aku berusaha untuk tidak marah dan memaafkan. Karena yang aku tahu bahwa Rasullullah tidak suka marah dan mudah memaafkan."
"Subhanallah...lalu kemudian?"
"Dan yang terakhir, aku berusaha untuk menjaga tali shilaturrahim. Menjalin hubungan baik dengan siapapun. Dan menyambungkan kembali tali shilaturrahim yang terputus."
"Demi Allah... Engkau benar-benar ahli surga. Ketiga amalan yang engkau sebut itulah amalan yang paling sulit aku amalkan."
Wallahu a'lam bi shawwab.
Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

Senin, 11 Januari 2016

7EB5B7A7 11 AMALAN YANG DIDOAKAN MALAIKAT

11 AMALAN INI MEMBUATMU DIDOAKAN MALAIKAT
1. MENJAGA WUDHU
Dari Ibnu Umar r.a., dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur
dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan
bangun hingga Malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam
keadaan suci”. (HR Ibnu Hibban dalam Shahihnya)
Juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sucikanlah tubuh
– tubuh ini, semoga Allah mensucikan kalian, karena tidaklah seorang hamba tidur dalam
keadaan suci, kecuali seorang malaikat ikut bermalam dalam pakaiannya, dia tidak
membalikkan badannya sesaat diwaktu malam kecuali malaikat itu berdoa, ‘Ya Allah
ampunilah hambaMu yang tidur dalam keadaan suci’.” (HR Thabrani di dalam Mu’jam al-
Ausath dengan sanad jayyid)
2. MENJENGUK SAUDARANYA YANG SAKIT
Rasulullah SAW bersabda, 'Tiada seorang muslim pun yang membesuk saudaranya yang sakit,
melainkan Allah mengutus baginya 70.000 malaikat agar mendoakannya kapan pun di siang
hari hingga sore harinya, dan kapan pun di sore hari hingga pagi harinya." (HR. Ahmad
2/110, dalam Musnadnya)
3. DUDUK MENUNGGU WAKTUNYA SHALAT
Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu
shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya:
Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia." (HR Imam Muslim dari Abu Hurairah,
Shahih Muslim 469)
4. SHALAT JAMAAH DI SAF TERDEPAN
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada
(orang - orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan." (Imam Abu Dawud (dan Ibnu
Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib)
5. MENYAMBUNG SAF
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat
kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf." (Para Imam, yaitu Ahmad, Ibnu Majah,
Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah)
6. DUDUK SETELAH SHALAT JAMAAH
Rasulullah SAW Bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah
satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat,
selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: Ya Allah ampunilah dan
sayangilah ia." (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106)
7. SHALAT SUBUH DAN ASAR BERJAMAAH
Rasulullah SAW bersabda, " "Para malaikat berkumpul pada saat shalat Shubuh lalu para
malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga
Shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka
berkumpul lagi pada waktu shalat 'Ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari
(hingga shalat 'Ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam
hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan
hambaku?, mereka menjawab: Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan
kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka
pada hari kiamat." (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 9140)
8. MENDOAKAN SAUDARANYA TANPA SEPENGETAHUANNYA
Rasulullah SAW Bersabda, " "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa
sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya
ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk
saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun
mendapatkan apa yang ia dapatkan." (HR. Imam Muslim dari Ummud Darda', Shahih Muslim
2733)
9. INFAQ HARIAN
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada
padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, 'Ya
Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah,
hancurkanlah harta orang yang pelit." (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu
Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010)
10. MAKAN SAHUR PUASA
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat (berdoa)
kepada orang-orang yang sedang makan sahur. Insya Allah termasuk disaat sahur untuk
puasa sunnah." (HR. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, dari Abdullah bin Umar)
11. MENGAJARKAN KEBAIKAN
Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan
keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni
langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya
bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain." (HR. Imam
Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily)

7EB5B7A7 4 Hal yang Meningkatkan Kecerdasan menurut Imam Syafi’i

Imam Syafi’i Rahimahullah adalah salah satu imam besar kaum Muslimin yang cahaya ilmunya menerangi gulita ruhani. Kecerdasan langka dikaruniakan oleh Allah Ta’ala kepada laki-laki kelahiran Gaza Palestina ini.

Di usia 7 tahun, Imam Syafi’i kecil sudah kelar menghafal al-Qur’an al-Karim. Utuh 30 juz. Secara sempurna. Di usianya yang baru 9 tahun, beliau sudah berhasil menguasai dengan menghafal dan memahami kandungan al-Muwatha’, kitab hadits monumental tulisan Imam Malik bin Anas yang merupakan salah satu guru utama Imam Syafi’i.

Maka di usianya yang ketujuh belas, beliau sudah diberi wewenang untuk memberikan fatwa. Artinya, di usia itu, beliau sudah memahami al-Qur’an al-Karim lengkap dengan ilmu tafsir, bahasa, fiqih, hadits, falak, waris, dan disiplin ilmu lainnya. Sebuah capaian amat mengagumkan yang tiada tandingannya hingga kini.

Lantas, apakah rahasianya? Kiat-kiat apa yang beliau lakukan hingga mendapatkan karunia langka nan membanggakan itu?

Dikutip oleh Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah saat menjelaskan Risalah al-Mustarsyidin, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah menjelaskan dalam Zaadul Ma’ad tentang 4 hal yang mampu meningkatkan kecerdasan sebagaimana dijelaskan oleh Imam Syafi’i Rahimahullah.

Tidak Membicarakan Hal Sia-sia

Termasuk dalam hal ini perbincangan canda tanpa makna, gurauan yang menjurus pada menyakiti nurani, berbicara kasar, kotor, ghibah, namimah, dan fitnah.

Rabah bin Yazid al-Lakhmi yang merupakan ahli ibadah dan zuhud menggubah sebuah syair tentang mujahadahnya dalam meninggalkan perkataan yang sia-sia.

Aku melatih jiwaku untuk tidak berbuat dosa sedikit demi sedikit, hingga akhirnya aku bisa mendisiplinkannya.

Aku pun melatih lidahku untuk tidak membicarakan hal-hal yang tidak berguna bagiku selama lima belas tahun, barulah aku mampu mendisiplinkannya.

Rabah bin Yazid ini bukan manusia biasa. Beliau mengukir prestasi gemilang sebagai salah satu permata zaman dari kalangan umat ini. Meski wafat di usia 38 tahun pada 172 Hijriyah, beliau berhasil menjadi panutan umat lantaran pesona akhlaknya dan terkabulnya doa.

Sungguh merupakan usia singkat yang diberkahi karena dijalani dengan meninggalkan perbincangan dan perbuatan yang tiada manfaatnya.

Bersiwak

Jika tidak memberatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hendak menganjurkan umatnya untuk bersiwak setiap hendak mengerjakan shalat, wajib maupun sunnah. Bukan tanpa alasan, tapi beliau amat memahami betapa bersiwak ini merupakan amalan yang memiliki banyak faedah dan kegunaan.

Gigi dan mulut merupakan salah satu tempat bersarangnya kotoran dan kuman bekas makanan. Jika tak dibersihkan, kotoran tersebut akan berkambang biak, menimbulkan bau, serta merusak syaraf-syaraf gigi dan mulut. Padahal, syaraf gigi terhubung ke berbagai anggota badan lain, termasuk yang langsung terhubung dengan otak.

Dalam konteks ibadah, perkataan menjadi salah satu amalan unggulan. Baik membaca al-Qur’an, berdzikir secara umum, ataupun berdakwah. Semuanya menggunakan perkataan yang asalnya dari lisan. Betapa besar dampaknya jika seorang hamba tak pernah membersihkan mulutnya hingga mengeluarkan bau yang mengganggu para malaikat dan manusia?

Bergaul dengan Orang Shalih


Orang shalih itu, satu di antara banyak cirinya, Anda akan langsung mengingat Allah Ta’ala ketika melihat, apalagi mendekatinya. Ada kedamaian hati, kejernihan fikiran, dan kebugaran fisik yang disalurkan oleh orang shalih kepada siapa pun yang menemuinya.

Maka berkumpul dengannya tak ubahnya dzikir kepada Allah Ta’ala. Sebelum menyampaikan pesan-pesan kebaikan, aura keshalihan yang terpancar dari wajah dan perangainya sudah cukup membuat hati gerimis kebahagiaan dan kegembiraan. Bahagia dan gembira inilah yang menjadi satu di antara sekian banyaknya sebab agar pikiran mudah menerima semua jenis ilmu kebaikan.

Bergaul dengan Orang Berilmu

Secara umum, orang yang berilmu tidak dibatasi pada bidang ilmu tertentu. Jika menghendaki kecerdasan dalam soalan ilmu fisika, misalnya, maka rajin-rajinlah bergaul dan menimba ilmu dengan para ahli fisika. Begitupun seterusnya.

Namun, dalam konteks Islam yang mulia, orang berilmu adalah mereka yang paling takut kepada Allah Ta’ala. Ilmu yang dia miliki senantiasa mendekatkan dirinya pada pemahaman terhadap Zat Yang Maha Mengetahui. Tiada sedikit pun kesombongan yang terbit dalam dirinya, kecuali ketakutan yang semakin bertambah seiring bertambahnya pengetahuan.

Orang-orang ini menyadari, bahwa semua ilmu berasal dari Allah Ta’ala. Hanya kepada-Nyalah semua pengetahuan dinisbatkan, bukan kepada manusia yang sejatinya amat lemah, pelupa, dan kerap mengerjakan kekeliruan.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

7EB5B7A7 KEUTAMAAN PERJALANAN MENURUT MASJID

KEUTAMAAN PERJALANAN MENURUT MASJID

Berjalan menuju shalat berjamaah termasuk salah satu sebab dihapuskannya kesalahan-kesalahan dan ditinggikannya derajat.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu’ pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-ribath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim).

Ar-ribath pada asalnya -sebagaimana dikatakan oleh al Imam Ibnul Atsir–adalah berdiri untuk berjihad untuk memerangi musuh, mengikat kuda dan menyiapkannya. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menyerupakan dengannya apa yang telah disebutkan berupa amal-amal shalih dan peribadahan dengannya. Penyerupaan ini juga menegaskan besarnya kedudukan tiga amalan yang tersebut didalam hadits, di antaranya banyak melangkah ke masjid.

Keutaman ini juga berlaku untuk seseorang yang melangkah keluar dari masjid, Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma, ia mengatakan,”Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Barangsiapa yang pergi menuju masjid untuk shalat berjama’ah, maka satu langkah akan menghapuskan satu kesalahan dan satu langkah lainnya akan ditulis sebagai satu kebajikan untuknya, baik ketika pergi maupun pulangnya.” (HR. Ahmad, hadits ini shahih).

1. Pahala orang yang keluar dalam keadaan suci (telah berwudhu) untuk melaksanakan shalat berjama’ah seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan umrah.

Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan , dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya menuju masjid dalam keadaan bersuci (telah berwudhu’) untuk melaksanakan shalat fardhu (berjama’ah), maka pahalanya seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram.” (Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Zainul ‘Arab mengatakan dalam menjelaskan sabda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam: “Seperti pahala orang yang melaksanakan haji dan ihram,” “Yakni, pahalanya sempurna.” (‘Aunul Ma’buud II/357)
Allaahu Akbar, demikian besarnya pahala orang yang baru keluar dari rumah untuk menunaikan shalat berjama’ah.

2. Orang yang keluar (menuju masjid) untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.

Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam menjelaskan bahwa orang yang keluar menuju shalat berjama’ah berada dalam jaminan Allah Ta’ala.

Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani)

3. Orang yang keluar untuk melaksanakan shalat berjama’ah berada dalam shalat hingga kembali ke rumah.

Imam Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia mengatakan,”Abul Qasim Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Jika salah seorang dari kalian berwudhu’ di rumahnya, kemudian datang ke masjid, maka ia berada dalam shalat hingga ia kembali. Oleh karenanya, jangan mengatakan demikian-seraya menjaringkann diantara jari-jemarinya-.” (HR. Ibnu Khuzaimah, di shahihkan oleh Syaikh al Albani)

4. Kabar gembira bagi orang-orang yang berjalan di kegelapan (untuk melaksanakan shalat berjama’ah) dengan memperoleh cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.

Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad as Sa’di radhiallahu anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Hendaklah orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bergembira dengan (mendapatkan) cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.” (HR.Ibnu Majah, syaikh al Albani menilainya shahih). Ath Thayyibi rahimahullah mengatakan,” Tentang disifatinya cahaya dengan kesempurnaan dan pembatasannya dengan (terjadinya di) hari Kiamat, mengisyaratkan kepada wajah kaum mukminin pada hari Kiamat, sebagaimana dalam firman Allah:

“Sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan,’Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami.’” (QS. At Tahriim:8) (dinukil dari ‘Aunul Ma’buud II/268). Disamping itu Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam memerintahkan kepada semua pihak agar memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan kabar gembira yang besar ini. Imam Abu Dawud meriwayatkan dari Buraidah radhiallahu anhu,

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: “Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid dengan cahay (yang akan diperolehnya) pada hari Kiamat.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh Syaikh al Albani). Al-‘Allamah ‘Abdur Ra-uf al Munawi rahimahullah menjelaskan hadits ini, “Ketika mereka berjalan dalam kesulitan karena senantiasa berjalan dalam kegelapan malam menuju ketaatan, maka mereka diberi balasan berupa cahaya yang menerangi mereka pada hari Kiamat.” (Faidhul Qadiir III/201).

5. Allah menyiapkan persinggahan di Surga bagi siapa yang pergi menuju masjid atau pulang (darinya).

Diriwayatkan dari asy Syaikhan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang pergi ke masjid dan pulang (darinya), maka Allah menyiapkan untuknya persinggahan di Surga setiap kali pergi dan pulang.” (Muttafaq ‘alaih, lafazh ini milik Bukhari).

Subhanallah walhamdulillah waallahu akbar!!!

7EB5B7A7 GANJARAN MENAHAN (MENGHILANGKAN) AMARAH : DIPERSILAHKAN MENIKAH BIDADARI SURGA

Upah Kendalikan Marah: Mendapat Bidadari di Surga

Seorang lelaki datang pada Rasulullah untuk meminta nasehat. Beliau mengatakan,”Jangan marah!”. Lelaki itu terus menerus mengulangi pertanyaannya, dan kembali Rasulullah menjawab,”Jangan marah!”.

Sobat, mengapa pengendalian marah ini menjadi sesuatu yang penting bagi seorang muslim? Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan kisah yang dinukil dari hadist diatas, bukan maksud Rasulullah tiap orang memiliki rasa marah, karenanya rasa marah itu sebenarnya hal yang sangat manusiawi dan merupakan bagian dari tabiat manusia. Namun yang dimaksud “jangan marah” adalah pengendalian diri, penguasaan hati saat marah itu muncul. Supaya kemarahan itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik.

Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaitan kedalam lubuk hati, makanya saat marah akan terlihat kedua mata menjadi merah, urat leher menonjol dan menegang. Untuk itu Syaikh Sayyid Nada memberikan beberapa tips yang disusun dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al Islamiyah, mengenai adab yang berkaitan dengan marah.

Jangan marah, kecuali karena Allah. Marah yang satu ini malah disukai karena berakibat dengan amal, misalnya marah melihat perbuatan haram merajalela. Di usahakan selalu berlemah lembut untuk urusan dunia, seperti yang dicontohkan oleh sang Nabi saw. Karena sejatinya dalam marah itu tersimpan murka yang berujung ke pertikaian, perselisihan yang pada akhirnya menjadi dosa.

Ketika marah ingat akan Allah, biasanya perbanyak istiqfar, sehingga diharapkan kemarahan akan segera teredam. Dan Allah sangat menyukai orang-orang yang bisa meredam amarahnya.

“..dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan” (Ali Imran ayat 134)

Kemudian mencoba berlindung kepada Allah, Rasulullah menasehatkan kepada orang-orang yang marah agar berlindung kepada Allah agar diberi reda dengan kalimat sederhana dan penuh makna “A’uudzu billah”. Bisa juga dengan diam, bila kemarahan mulai menghampiri, bila lisan mulai mengungkapkan kemarahan dikhawatirkan malah berujung keburukan dan dosa, maka lebih baik diam. Rasulullah bersabda,”Ajarilah, permudahlah dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah diam’” (Riwayat Ahmad). Bisa juga dengan mengubah posisi ketika marah. Karena secara psikologis posisi yang berubah misalnya dari berdiri ke duduk bisa membuat orang yang marah lebih rileks atau nyaman, hingga diharapkan bisa meredam kemarahannya.

Bila masih belum bisa reda, Rasul mengajarkan untuk berwudhu atau mandi. Karena marah sesungguhnya api setan yang dpat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. Bila masih mungkin mengerjakan shalat sunah, dengan tegak berdiri diribaanNya diharapkan memberikan kedamaian hingga rasa marahpun perlahan akan menyurut.

Diupayakan memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah memuji hambaNya,”...dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (Asy Syuura:37)

Ibnu Hajar memberi kabar gembira kepada orang-orang yang bisa menahan amarahnya, atau beupaya untuk mengendalikan marah, dengan sabda Rasulullah, ”Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggil di hadapan segenap makhluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa saja yang ia kehendaki”.

7EB5B7A7 10 JANJI ALLAH SWT KEPADA ORANG BERIMAN

ALQURAN terdapat sekian banyak janji mulia dan istimewa yang ditawarkan kepada orang-orang yang memiliki keimanan, baik janji-janji di dunia maupun janji-janji di akhirat.

Janji-janji akhirat yang diberikan bagi mereka yang beriman tidak terhitung jumlahnya dalam kitab suci itu karena amat banyak.

Adapun janji-janji di dunia yang disebut secara terang-terangan (eksplisit), setidak-tidaknya ada sepuluh macam. Berikut ini adalah sepuluh janji di dunia itu.

1. Allah SWT berjanji akan menolong orang-orang yang beriman. Sebagaimana firman Allah SWT, “… Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (QS. Ar-Ruum: 47).

2. Diberikan advokasi atau pembelaan (ad-difa’). Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang ber­iman…” (QS. Al-Hajj:38).

3. Mendapatkan perlindungan kasih sayang (Al-wilayah). Allah SWT berfirman, ”Allah Pelindung orang-orang yang beriman…. ” (QS. Al-Baqarah: 257).

4. Ditunjukkan kepada jalan yang benar (Al-hidayah). Didasarkan firman Allah SWT, ”… Sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang- orang yang beriman kepada jalan yang lurus. ” (QS. Al-Hajj: 54).

5. Orang-orang kafir tidak akan diberikan jalan untuk memusnahkan mereka dari muka bumi (adamu taslithiil kafirin). Allah SWT berfirman, “Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-oriing kafir.” (QS. An-Nisa.i : 141).

6. Diberikan kekuasaan di dunia dan diberikan kemapanan dalam segala bidang. Allah SWT berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah meiyadikan berkuasa orang-orang sebelum mereka, dan sungguh Dia akan meneguhkan (memberikan kemapanan) agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka.” (QS. An-Nuur; 55).

7. Keberkahan dari langit dan bumi, seperti sumber daya alam yang melimpah serta rezeki yang lezat (Al-barakah dan ar-rizqu ath-thayyib). Allah SWT berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raaf: 96).

8. Kemuliaan dan kejayaan (Al-izzah). Allah SWT berfirman, ”Padahal kekuatan (kemuliaan) itu hanyalah bagi Allah bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang yang berinar (mukmin).” (QS. Al-Munafiquun: 8).

9. Kehidupan yang baik (al-hayah ath-thayyibah) Allah SWT berfirman, “Barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki mau­pun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (QS. An- Nahl: 97).

10. Diberikan kemenangan (Al-fAth). Allah SWT berfirman, ”Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenang­an (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya..” (QS. Al-Maa’idah: 52).

Dengan janji-janji yang menggiurkan tersebut tentu kualifikasi (penyeleksian) orang-orang yang dikategorikan sebagai memiliki keimanan sangat ketat. Jika tidak, tentulah banyak orang, bahkan semua orang, yang akan mengaku-aku diri sebagai orang beriman.

Untuk menghindari ini dan untuk mengukur pula seberapa kadar keimanan manusia, dilakukanlah proses tes terlebih dahulu, tes keimanan, sebagaimana tes ini dilakukan terhadap generasi-generasi dahulu.

Allah SWT berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, ‘Kami telah beriman,’ sedang mereka belum diuji ? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang- orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang- orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabuut: 2-3)

7EB5B7A7 Masih Malas Shalat Subuh Berjamaah? 6 Hal Ini Akan Membuat Anda Tercengang!

Kisahikmah.com

Salah satu sebab kemalasan adalah ketidaktahuan. Orang-orang yang tidak mengerti  akan malas melakukan amalan seagung apa pun, sebab tidak mengetahui ganjaran yang terkandung di dalamnya. Bahkan, sekadar tahu saja tidak cukup untuk dijadikan motivasi. Pengetahuan harus berubah menjadi pemahaman agar hal itu memiliki daya gedor dalam diri seseorang.

Jika sampai saat ini Anda masih malas mengerjakan shalat Subuh berjamaah, bisa jadi karena kemalasan. Jika Anda masih malas mengerjakan shalat Subuh berjamaah, mungkin saja karena ketidaktahuan. Perhatikan 6 hal terkait shalat Subuh berjamaah di bawah ini, niscaya Anda akan tercengang!

Setara dengan Shalat Sunnah Semalam Penuh

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa yang mengerjakan shalat Isya’ berjamaah, maka ia seperti mengerjakan shalat sunnah setengah malam. Dan siapa saja yang mendirikan shalat Subuh berjamaah, ia seperti mendirikan shalat sunnah semalam penuh.”

Adakah Anda sanggup mendirikan shalat sunnah sepanjang malam tanpa istirahat? Adakah yang kuat berdiri, rukuk, dan sujud tanpa jeda sejak usai shalat Isya’ hingga masuk waktu Subuh? Jika tidak, jadikan shalat Subuh berjamaah sebagai salah satu amalan unggulan Anda.

Senantiasa dalam Penjagaan Allah Ta’ala

Masih dalam riwayat Imam Muslim Rahimahullah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan nasihat, “Siapa saja yang mendirikan shalat Subuh, maka ia senantiasa berada dalam penjagaan Allah Ta’ala.”

Adakah penjagaan yang lebih baik dari penjagaan Allah Ta’ala? Adakah yang mampu membahayakan jika Allah Ta’ala menjaga hamba tersebut?

Diberi Cahaya yang Sempurna pada Hari Kiamat

“Berilah kabar gembira,” tutur Rasulullah al-Musthafa, “kepada orang-orang yang melangkahkan kaki di kegelapan (malam) menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat.”

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah Rahimahumullah ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan jaminan berupa kesempurnaan cahaya di Hari Kiamat kepada umatnya yang teguh mendirikan shalat Subuh berjamaah, menembus gelap menuju masjid ketika sebagian besar manusia lelap dalam lalai tidurnya.

Dijamin Masuk Surga

Diriwayatkan secara Muttafaq ‘alaih, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Siapa saja yang mendirikan shalat Isya’ dan shalat Subuh (secara berjamaah), maka dia akan dimasukkan ke dalam surga.”

Dua shalat ini menjadi utama karena berada di waktu malam. Selain gelap, di waktu itu, manusia cenderung bermalas-malasan karena lelah bekerja di siang harinya. Karena hal itu pula, dua waktu shalat ini dijadikan salah satu parameter, apakah seseorang disebut sebagai munafiq atau mukmin.

“Tidak akan masuk neraka,” sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah, “orang yang mendirikan shalat sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam.”

Ialah shalat Subuh dan shalat Ashar. Dalam dua waktu ini, manusia memiliki kecenderungan lalai. Di waktu Ashar, banyak yang berdalih sibuk atau tanggung karena berada dalam perjalanan pulang selepas bekerja. Sedangkan waktu Subuh juga sering digunakan alasan bahwa seseorang sudah harus bergegas menjemput urusan dunianya.

Maka, kaum Muslimin yang memilih memprioritaskan dua hal ini dijamin oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan bebas dari neraka. Jika bebas dari neraka, surgalah tempat rehat baginya.

Lebih Baik dari Seisi Dunia

“Dua rakaat shalat sunnah Fajar,” tutur Sayyidina Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim Rahimahullah, “lebih baik dari dunia dan seisinya.”

Adakah di dunia ini manusia dengan kekayaan lebih baik dari dunia dan seisinya? Maka ketahuilah, bahwa kekayaan yang lebih baik dari itu dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umatnya yang bergegas mendirikan shalat sunnah Fajar atau qabliyah Subuh. Hanya dua rakaat.

Keutamaan yang Agung

“Jika orang-orang mengetahui sesuatu yang terkandung dalam shalat Isya’ dan shalat Fajar,” tutur Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dari Ummul Mukminin ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq, “niscaya mereka benar-benar mendatanginya, meskipun dengan merangkak.”

Saking utama dan agungnya, orang-orang mau merangkak demi mendapatkan kemuliaannya. Sebab fadhilahnya yang luar biasa, payahnya merangkak dan berebut bukanlah soalan yang besar.

Demikianlah 6 keagungan yang dijanjikan oleh Allah Ta’ala bagi kaum Muslimin yang bergegas dan bersungguh-sungguh agar dapat mendirikan shalat Subuh berjamaah. Semoga Allah Ta’ala menguatkan kita. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]