Senin, 31 Maret 2014

( HIKMAH ) DIBALIK DZIKIR ALLAH YANG MAHA PEMBERI (Subhanarobbiyal a’lal aliyyil wahhab..Maha suci Allah zat Yang Mahaluhur dan Maha Memberi)

( HIKMAH ) DIBALIK DZIKIR ALLAH YANG MAHA PEMBERI

Seandainya semua makhluk meminta pada Allah, Dia akan memberikan pada mereka dan itu sama sekali tidak akan mengurangi kerajaan-Nya sedikit pun juga. Dalam hadits qudsi disebutkan, Allah Ta’ala berfirman,

يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِى فَأَعْطَيْتُ كُلَّ إِنْسَانٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِى إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ

“Wahai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan.” (HR. Muslim no. 2577, dari Abu Dzar Al Ghifari).

Jika kepada para Nabi Allah memberikan yang paling agung yaitu kenabian , kitab, hikmah dan ayat-ayat yang jelas. Maka kepada manusia secara keseluruhan pemberian Allah yang paling agung adalah petunjukNya kepada kebenaran yang telah Allah turunkan kepada hamba dan Nabinya Muhammad salallahu alaihi wassalam. Demikianlah Allah mengajarkan bahwa dalam setiap rakaat shalat kita selalu membaca :…Ihdinashshiraathalmustaqiim..” Tunjukanlah kami jalan yang lurus (QS Al Fatihah : 6)

Pemberian Allah yang paling Agung lainnya adalah ilmu yang diperoleh hamba-hambaNya yang saleh, sebagaiamana diberikan ilmu tentang besi kepada Nabi Daud dan ilmu mengendalikan angin,bercakap dengan makhluk Allah binatang dan jin, mendirikan istana kepada Nabi Sulaiman as.

Allah juga telah memberikan hikmah kepada hambaNYa Lukman :
” …Dan benar-benar Kami menganugrahkan hikmah kepada Lukman..” (QS Luqman ; 12)

Dibolehkan kepada seluruh hamba, ketika berdoa untuk memohon kebaikan dunia. Akan tetapi Allah mencela orang yang hanya memohon kebaikan dunia dan memuji orang-orang mukmin yang memohon kebaikan dunia dan akhirat”…Dan di antara mereka ada yang berdoa : “Wahai Tuhan Kami berilah kami kebaikan dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka..” (Qs Al Baqarah; 201

Pemberian dari Allah dapat berubah menjadi murkaNya ketika Allah telah berikan apa yang baik bagi hambaNya , namun tidak diiringi dengan menjalankan perintah Allah sebagaimana mestinya. Tatkala ia diberi harta, hamba tersebut tidak mengeluarkan zakat dan infaq sebagai tanda kecintaannya kepada Allah. Dan ketika seorang hamba meminta ilmu dan Allah memberikannya, maka ia wajib mengamalkannya dengan tujuan untuk mencari ridho Allah

Allah berfirman :”… Dan diantara mereka ada yang telah berikrar kepada Allah,”Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karuniaNya kepada kami, pastilah kami akan berderma dan pastilah kami termasuk orang yang saleh.” Setelah Allah memberikan sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, berpaling dan mereka memanglah orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai pada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah ingkar kepada Allah akan apa yang mereka ikrarkan kepada-Nya(juga ) mereka selalu berdusta. Tidaklah mereka tahu bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka. Dan bahwasannya Allah amat mengetahui segala yang gaib (Qs At Taubah: 75-78)

Allah berfirman :

وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ

“Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)

Rasulullah selalu bertasbih dengan nama Al Wahhab. Dalam Musnad Ahmad diriwayatkan dari salamah ibn al akwar.a. : Saya tidak pernah mendengar Rasulullah membuka doanya kecuali beliau membukanya dengan, “…Subhanarobbiyal a’lal aliyyil wahhab..Maha suci Allah zat Yang Mahaluhur dan Maha Memberi
(al Musnad : 16548, Hakim 1/498. Hadis ini dianggap sahih oelh Hakim dan dianggap mauquf oleh Azh Dzahabi)

( KISAH ) TETANGGA YANG BERAHLAK BAIK MEMBUAT MAJUSI MASUK ISLAM & ( KISAH-SEDEKAH ) POHON KURMA MILIK TETANGGA

( KISAH ) TETANGGA YANG BERAHLAK BAIK MEMBUAT MAJUSI MASUK ISLAM

Diriwayatkan dari Sahal bin Abdillah rahimahullah, bahwa dia mempunyai seorang tetangga yang merupakan orang dzimmiy (orang non-muslim yang tinggal di wilayah Islam, memiliki hak keamanan harta dan jiwa dengan membayar jizyah). Dan dari rumah orang dzimmiy itu ada kebocoran yang menimbulkan tetesan air ke rumah Sahal.

Setiap hari Sahal menampung air bocoran itu di dalam suatu wadah agar tidak menyebar di rumahnya. Jika telah penuh Sahal membuangnya pada malam hari agar tidak dilihat oleh orang. Keadaan itu terus berlangsung lama sampai ketika ajal sudah mendatangi Sahal.

Lalu tetangganya yang dzimiiy Majusi itu datang menjenguknya ketika ia sedang sakit menjelang meninggalnya. Sahal menyuruhnya masuk ke sebuah ruangan di rumahnya agar tetangganya itu melihat apa yang terjadi di dalamnya. Begitu Majusi itu masuk, ia langsung melihat adanya kebocoran dari rumahnya dan airnya menetes ke rumah Sahal. Ia paham, hal ini tentu saja mengganggu Sahal. Ia kemudian bertanya, "Apa sebenarnya yang kulihat ini?"

Sahal berkata, "Hal ini sudah berlangsung lama, air menetes dari rumahmu ke rumahku ini. Dan saya menampungnya di siang hari, kemudian membuangnya pada malam hari. Kalaulah bukan karena ajalku telah tiba, dan aku takut orang lain tidak sanggup menerima keadaan ini, aku tidak akan memberitahukan hal ini kepadamu. Makanya aku melakukan hal telah kau lihat ini."

Orang Majusi itu berkata: "Wahai Syekh! Engkau telah memperlakukan aku dengan toleransi tinggi seperti ini, sedangkan saya tetap saja memegang kekufuranku. Tolong julurkanlah tangan anda, inilah saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah (Asyhadu anlaa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah). Setelah itu Sahal kemudian meninggal.

( KISAH-SEDEKAH ) POHON KURMA MILIK TETANGGA

Ada seseorang yang memiliki sebuah pohon kurma yang tumbuh subur, daunnya lebat, dan mayangnya menjuntai sampai ke rumah tetangganya yang miskin, banyak anak lagi. Tetapi, mereka hanya bisa gigit jari melihatnya. Setiap kali pohon korma itu berbuah, pemiliknya memetik lewat rumah tetangganya yang miskin itu. Bahkan, apabila ada buah korma yang jatuh dan dipungut oleh anak-anak si miskin itu, pemilik korma itu akan merampasnya kembali. Sampai-sampai buah korma yang sudah terlanjur di mulut pun dimintanya kembali.

"Ini kurmaku, kamu tidak berhak memakannya," katanya.

Melihat perlakuan si pemilik korma itu, tetangganya yang miskin itu mengadukan perihalnya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Pengaduan ini diterima oleh Nabi dan beliau berjanji akan menyelesaikannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menemui pemilik kurma itu seraya berkata, "Berikanlah pohon kurmamu itu kepada tetanggamu yang miskin. Sebagai gantinya, kau akan memperoleh gantinya di surga nanti."

Pemilik kurma itu menjawab, "Cuma itu tawaranmu?" Karena sifat kikirnya, tawaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam itu ditolaknya. Dengan mencibirkan mulutnya, ia pergi meninggalkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Hikmah disini, betapa tanpa keimanan maka penantian akhirat begitu diremehkan, kemauannya serba cepat, disegerakan akhirnya tidak jarang terjebak kepada syubhat, bahkan terjatuh kejalan haram juga akan diabaikan oleh hatinya. Lanjut riwayat ini..

Kebetulan pembicaraan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan pemilik kurma yang kikir itu terdengar oleh seorang dermawan. Lelaki itu lalu bergegas menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Apakah tawaran itu berlaku juga bagiku?" tanya lelaki itu. "Ya," jawab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mendengar hal itu, lelaki itu bergegas menemui pemilik pohon kurma itu. "Tahukah engkau bahwa Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan pohon kurma surga sebagai ganti pohon kormamu?

"Ya, aku tahu. Tetapi, aku lebih sayang pada pohon kurmaku ini," ujar lelaki kikir itu.

"Pohon kormamu itu buahnya sungguh lebat, dan tak satu pun pohon kurmaku seperti itu. Apakah engkau mau menjual pohon kurmamu itu?" tanya si dermawan.

"Bisa saja, asal anda dapat memenuhi permintaanku. Aku yakin tak seorang pun sanggup memenuhinya," jawabnya.

"Berapa yang kau inginkan?"

"Empat puluh pohon korma."

"Oho, engkau minta yang tak sebanding. Tapi biarlah, kupenuhi permintaanmu dengan empat puluh pohon korma. Kuminta engkau benar-benar menukarkan pohon korma itu kepadaku," kata laki-laki dermawan itu.

Setelah selesai tukar-menukar pohon kurma, lelaki dermawan itu datang menghadap Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Wahai Rasulullah, pohon kurma itu telah menjadi milikku, kini aku menyerahkannya kepadamu," katanya.

Kemudian, Nabi bersama lelaki dermawan itu datang kepada keluarga miskin itu.

"Ambillah pohon kurma itu untukmu dan keluargamu," kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Saat itu turunlah wahyu dari Allah sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Lail ayat 5-11 yang menceritakan kedudukan orang dermawan dan orang kikir serta balasannya. Allah akan mengganti apa yang diberikan oleh seseorang, dengan barang yang serupa yang berlipat ganda di akhirat. Sayang lelaki kikir itu enggan menerimanya.

Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia teriak menangis, karena disentuh setan. Kecuali Maryam dan putranya

( AMALAN ) MELINDUNGI ANAK DARI GODAAN SYETAN DLL

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain, (beliau membaca)

أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّة

“Aku memohon perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untuk kalian berdua, dari gangguan setan dan binatang berbisa, dan dari pandangan mata (ain) yang membuat sakit.” (HR. Bukhari 3371 & Abu Daud 4737)

Dalam hadis Ibnu Abbas di atas, setelah Rasulullah mengajarkan doa tersebut, beliau bersabda,

كان أبوكم يعوذ بهما إسماعيل وإسحاق

“Ayah kalian (Ibrahim) memohon perlindungan untuk Ismail dan Ishaq dengan kalimat doa tersebut.” (HR. Abu Daud 4737). Dari Muhammad bin Ali dari ayahnya, bahwa Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan perlindungan untuk Hasan dan Husain, beliau membaca,

أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّة

“Aku memohon perlindungan dengan kalimat Allah yang sempurna untuk kalian berdua, dari gangguan setan dan binatang berbisa, dan dari pandangan mata (ain) yang membuat sakit.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَوِّذُوا بِهَا أَبْنَاءَكُمْ، فَإِنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، كَانَ يُعَوِّذُ بِهَا ابْنَيْهِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ

”Jadikanlah kalimat ini untuk memohon perlindungan dari gangguan setan bagi anak kalian. Karena Ibrahim ‘alaihis salam, beliau memohon perlindungan untuk Ismail dan Ishaq dengan kalimat doa tersebut.” (HR. Abdur Razaq dalam Mushannaf, no. 7987).

Sebagai umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang baik, selayaknya kita perlu melestarikan kebiasaan tersebut.
Karena Salah satu tradisi orang salih yang mulai banyak terlupakan, mendoakan perlindungan untuk anak, dari godaan setan dan gangguan jin.

Istri Imran (Neneknya Nabi Isa)

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ( ) فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.”Tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamainya Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk., ” (QS. Ali Imran: 35 – 36)

Allah kabulkan doa wanita salihah ini, dan Allah memberikan perlindungan kepada keturunannya dari gangguan jin dan godaan setan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ بَنِي آدَمَ مَوْلُودٌ إِلَّا يَمَسُّهُ الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلُّ صَارِخًا مِنْ مَسِّ الشَّيْطَانِ، غَيْرَ مَرْيَمَ وَابْنِهَا » ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ }

“Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia teriak menangis, karena disentuh setan. Kecuali Maryam dan putranya.” Kemudian Abu Hurairah membaca surat Ali Imran: 36. (HR. Bukhari 3431).

Sabtu, 29 Maret 2014

MALAIKAT

Keimanan yang Benar Terhadap Malaikat Allah


Salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap mukmin adalah beriman kepada malaikat-malaikat Allah. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadist Jibril, ketika malaikat Jibril ditanya tentang iman, kemudian dijawab oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam, “ Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya. Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan terhadap takdir yang baik dan yang buruk.” (H.R. Muslim). Hal ini berarti tidak sah keimanan seseorang sehingga dia beriman dengan benar terhadap malaikat-malaikat Allah. Bagaimana keimanan yang benar terhadap para malaikat? Mari kita simak penjelasan berikut.
Cakupan Iman Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin terhadap malaikat harus mengandung hal-hal berikut :
  1. Beriman terhadap wujud (keberadaan) para malaikat.
  2. Beriman terhadap nama-nama malaikat.
  3. Beriman terhadap sifat-sifat malaikat.
  4. Beriman terhadap amalan-amalan dan tugas-tugas malaikat. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin)
Tidak sah keimanan seseorang kepada para malaikat kecuali harus mencakup keempat unsur tersebut, baik berupa keimanan yang mujmaal (global) maupun tafshiil (terperinci). Barangsiapa yang mengingkarinya berarti batal keimanannya kepada malaikat Allah dan batal seluruh keimanannya.
Wujud Malaikat
Termasuk syarat sah keimanan seseorang kepada malaikat adalah mengimani wujud (keberadaan) malaikat. Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya. Wujud mereka benar-benar ada, tidak sebagaimana keyakinan orang-orang yang sesat. Mereka mengingkari tentang keberadaan malaikat sebagai makhluk (mereka mengingkari jism malaikat). Mereka mengatakan bahwa malaikat hanyalah kiasan dari kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi dalam diri para makhluk. Anggapan seperti ini berarti mereka telah mendustakan Al Quran, hadist-hadist Nabi yang shahih, dan ijmaa’ (kesepakatan) kaum muslimin. Padalah Allah Ta’ala berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً أُوْلِى أَجْنِحَةٍ مَّثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَايَشَآءُ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Faathir:1)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلاَئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) :”Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar” (QS. Al Anfaal:50)
Di dalam shahih Bukhari juga disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasanya Allah mencintai fulan maka cintailah fulan, dan Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril pun mengumumkan kepada penghun langit bahwasnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian dikabulkanlah permohonanya di dunia” (H.R. Bukhori)
Dalil-dalil di atas secara gamblang menjelaskan bahwa malaikat itu makhluk yang diciptakan Allah (berjism) dan bukanlah kekuatan maknawi sebagaiamana anggapan orang-orang sesat, dan kaum muslimin telah ijma’ (bersepakat) berdasarkan dalil-dalil tersebut. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu Utsaimin)
Penamaan Malaikat
Malaikat-malaikat Allah memiliki nama. Kewajiban kita adalah beriman secara global bahwa para malaikat memiliki nama. Kita beriman dengan nama-nama yang secara rinci telah disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di antara nama-nama malaikat adalah Jibril, Mikail, serta Isrofil.
Kita juga beriman secara global adanya malaikat-malaikat Allah yang tidak kita ketahui namanya. Tidak boleh seseorang menamakan malaikat tanpa ada dalil-dali yang shahih dari Al Quran dan As Sunnah.
Bentuk dan Sifat Malaikat
Kita wajib mengimani sifat malaikat yang Allah dan Rasul-Nya beritakan kepada kita. Baik itu sifat berupa sifat kholqiyah maupun sifat khuluqiyah. Sifatkholqiyah yaitu sifat berupa bentuk /wujud/fisik malaikat. Seperti tentang sifat Malaikat Jibril yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pernah melihat malaikat Jibril dalam sifat aslinya yang memiliki enam ratus sayap yang hampir menutupi ufuk. Bentuk para malaikat terkadang berubah dari bentuk aslinya atas izin Allah. Contohnya adalah Jibril yang datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyerupai laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya.
Kita juga mengimani sifat malaikat yang berupa sifat khuluqiyah, yaitu berupa sifat-sifat kebaikan seperti yang Allah firmankan,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ {6}
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bhan bakarnya adalah manusa dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kesar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahriim: 6)
لاَيَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ {27}
Mereka (malaikat-malaikat) itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya” (QS. Al Anbiyaa’:27).
Malaikat dan Tugasnya
Sebagian malaikat memiliki tugas khusus yang Allah berikan kepada mereka, di antaranya:
  1. Malaikat Jibril memiliki tugas khusus menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul.
  2. Malaikat Mikail  bertugas mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan.
  3. Malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala ketika datang hari kiamat dan saat kebangkitan manusia.
  4. Malaikat maut bertugas mencabut nyawa seseorang ketika ajal menjemput.
  5. Malaikat yang bertugas menjaga surga dan neraka.
  6. Dua malaikat yang berada di sisi kanan dan kiri manusia yang mencatat amal manusia.
  7. Dua malaikat yang mendatangi ketika seseorang sudah di alam kubur, dan bertanya kepadanya tentang siapa Rabbnya, siapa Nabinya, dan apa agamanya. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsamin)
Inilah di antara beberapa malaikat yang memiiliki tugas khusus yang Allah dan Rasul-Nya telah kabarkan kepada kita. Kewajiban kita adalah mengimani hal tersebut . Sementara yang tidak ada perinciannya maka kita beriman secara global tentang tugas-tugas dan amalan para malaikat Allah.
Berapakah Jumlah Malaikat?
Masih segar dalam ingatan penulis, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar mendapatkan penjelasan bahwasanya jumlah malaikat itu ada sepuluh. Benarkah demikian? Yang benar, jumlah malaikat tidak terbatas hanya sepuluh. Jumlah mereka sangat banyak, hanya Allah yang mengetahuinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَايَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلاَّهُوَ
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu (yakni malaikat) melainkan Dia sendiri” (QS. Al Mudatsiir:31).
Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah adalah sebuah hadist shahih yang berkaitan dengan baitul makmur, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya baitul makmur berada di langit yang ketujuh setentang dengan ka’bah di bumi, setiap hari dikunjungi sebanyak tujuh puluh ribu malaikat , kemudian mereka tidak akan kembali lagi.” (H.R Bukhari dan Muslim). (Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuul, Syaikh Abdullah al Fauzan).
Keutamaan Malaikat
Malaikat-malaikat Allah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
[1]. Allah Ta’ala meng-idhofah-kan (menyandarkan) malaikat kepada Allah dengan idhoofatu tasyriif (penyandaran yang menunjukkan kemuliaan), seperti dalam firman-Nya,
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ {98}
Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqoroh:98)
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ{285}
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al Baqoroh 285). Karena malaikat disandarkan pada Allah yang Maha Mulia, inilah yang menunjukkan kemuliaannya. (ed)
[2]. Allah menggandengkan persaksian para malaikat dengan persaksian Allah, dan shalawat para malaikat dengan shalawat Allah, seperti dalam firman-Nya,
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {18}
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imron: 18)
[3]. Allah menyifati para malaikat dengan mulia dan kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ {26}
Dan mereka berkata:”Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai )anak. Maha Suci Allah, sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan” (QS. Al Anbiyaa’: 26)
[4]. Allah menyifatinya dengan ketinggian dan kedekatan, sebagaimana dalam firman Allah,
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ {21}
“ Yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Al Muthaffifin:21)
Dan masih banyak keutamaan lainnya. (Lihat Al Irsyaad ilaa shohiihil I’tiqaad, Syaikh Shalih Al Fauzan).
Buah Keimanan Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin yang benar terhadap malaikat akan membuahkan hal-hal berikut ini.
  1. Menambah ilmu tentang keagungan, kekuatan, dan kekuasaan Allah Ta’ala. Karena keagungan makhluk (malaikat, ed) menujukkan keagungan penciptanya.
  2. Bersyukur kepada Allah terhadap penjagaan-Nya terhadap manusia, karena di antara malaikat ada yang bertugas menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka, serta memberikan maslahat-maslahat (manfaat) yang lainnya bagi mereka.
  3. Muncul kecintaan kepada malaikat disebabkan ketaatan mereka beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsamin)
Demikian bebrapa penjelasan mengenai keimanan yang benar terhadap para malaikat Allah. Semoga dapat menambah ilmu dan menambah keimanan kita. Wallohul musta’an.
PenulisAbu ‘Athifah Adika Mianoki

Keimanan yang Benar Terhadap Malaikat Allah



Salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap mukmin adalah beriman kepada malaikat-malaikat Allah. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadist Jibril, ketika malaikat Jibril ditanya tentang iman, kemudian dijawab oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallaam, “ Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya. Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan terhadap takdir yang baik dan yang buruk.” (H.R. Muslim). Hal ini berarti tidak sah keimanan seseorang sehingga dia beriman dengan benar terhadap malaikat-malaikat Allah. Bagaimana keimanan yang benar terhadap para malaikat? Mari kita simak penjelasan berikut.
Cakupan Iman Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin terhadap malaikat harus mengandung hal-hal berikut :
  1. Beriman terhadap wujud (keberadaan) para malaikat.
  2. Beriman terhadap nama-nama malaikat.
  3. Beriman terhadap sifat-sifat malaikat.
  4. Beriman terhadap amalan-amalan dan tugas-tugas malaikat. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin)
Tidak sah keimanan seseorang kepada para malaikat kecuali harus mencakup keempat unsur tersebut, baik berupa keimanan yang mujmaal (global) maupun tafshiil (terperinci). Barangsiapa yang mengingkarinya berarti batal keimanannya kepada malaikat Allah dan batal seluruh keimanannya.
Wujud Malaikat
Termasuk syarat sah keimanan seseorang kepada malaikat adalah mengimani wujud (keberadaan) malaikat. Malaikat adalah makhluk yang Allah ciptakan dari cahaya. Wujud mereka benar-benar ada, tidak sebagaimana keyakinan orang-orang yang sesat. Mereka mengingkari tentang keberadaan malaikat sebagai makhluk (mereka mengingkari jism malaikat). Mereka mengatakan bahwa malaikat hanyalah kiasan dari kekuatan maknawi berupa kekuatan baik yang tersembunyi dalam diri para makhluk. Anggapan seperti ini berarti mereka telah mendustakan Al Quran, hadist-hadist Nabi yang shahih, dan ijmaa’ (kesepakatan) kaum muslimin. Padalah Allah Ta’ala berfirman,
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً أُوْلِى أَجْنِحَةٍ مَّثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَايَشَآءُ إِنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi. Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(QS. Faathir:1)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَلَوْ تَرَى إِذْ يَتَوَفَّى الَّذِينَ كَفَرُوا الْمَلاَئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata) :”Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar” (QS. Al Anfaal:50)
Di dalam shahih Bukhari juga disebutkan, dari Abu Hurairah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berfirman bahwasanya Allah mencintai fulan maka cintailah fulan, dan Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril pun mengumumkan kepada penghun langit bahwasnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia, dan para penghuni langit pun mencintai fulan. Kemudian dikabulkanlah permohonanya di dunia” (H.R. Bukhori)
Dalil-dalil di atas secara gamblang menjelaskan bahwa malaikat itu makhluk yang diciptakan Allah (berjism) dan bukanlah kekuatan maknawi sebagaiamana anggapan orang-orang sesat, dan kaum muslimin telah ijma’ (bersepakat) berdasarkan dalil-dalil tersebut. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu Utsaimin)
Penamaan Malaikat
Malaikat-malaikat Allah memiliki nama. Kewajiban kita adalah beriman secara global bahwa para malaikat memiliki nama. Kita beriman dengan nama-nama yang secara rinci telah disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di antara nama-nama malaikat adalah Jibril, Mikail, serta Isrofil.
Kita juga beriman secara global adanya malaikat-malaikat Allah yang tidak kita ketahui namanya. Tidak boleh seseorang menamakan malaikat tanpa ada dalil-dali yang shahih dari Al Quran dan As Sunnah.
Bentuk dan Sifat Malaikat
Kita wajib mengimani sifat malaikat yang Allah dan Rasul-Nya beritakan kepada kita. Baik itu sifat berupa sifat kholqiyah maupun sifat khuluqiyah. Sifatkholqiyah yaitu sifat berupa bentuk /wujud/fisik malaikat. Seperti tentang sifat Malaikat Jibril yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau pernah melihat malaikat Jibril dalam sifat aslinya yang memiliki enam ratus sayap yang hampir menutupi ufuk. Bentuk para malaikat terkadang berubah dari bentuk aslinya atas izin Allah. Contohnya adalah Jibril yang datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyerupai laki-laki yang sangat putih bajunya dan sangat hitam rambutnya.
Kita juga mengimani sifat malaikat yang berupa sifat khuluqiyah, yaitu berupa sifat-sifat kebaikan seperti yang Allah firmankan,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلآئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادُُ لاَّيَعْصُونَ اللهَ مَآأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَايُؤْمَرُونَ {6}
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bhan bakarnya adalah manusa dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kesar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkannya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahriim: 6)
لاَيَسْبِقُونَهُ بِالْقَوْلِ وَهُم بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ {27}
Mereka (malaikat-malaikat) itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya” (QS. Al Anbiyaa’:27).
Malaikat dan Tugasnya
Sebagian malaikat memiliki tugas khusus yang Allah berikan kepada mereka, di antaranya:
  1. Malaikat Jibril memiliki tugas khusus menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi dan Rasul.
  2. Malaikat Mikail  bertugas mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan.
  3. Malaikat Isrofil bertugas meniup sangkakala ketika datang hari kiamat dan saat kebangkitan manusia.
  4. Malaikat maut bertugas mencabut nyawa seseorang ketika ajal menjemput.
  5. Malaikat yang bertugas menjaga surga dan neraka.
  6. Dua malaikat yang berada di sisi kanan dan kiri manusia yang mencatat amal manusia.
  7. Dua malaikat yang mendatangi ketika seseorang sudah di alam kubur, dan bertanya kepadanya tentang siapa Rabbnya, siapa Nabinya, dan apa agamanya. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsamin)
Inilah di antara beberapa malaikat yang memiiliki tugas khusus yang Allah dan Rasul-Nya telah kabarkan kepada kita. Kewajiban kita adalah mengimani hal tersebut . Sementara yang tidak ada perinciannya maka kita beriman secara global tentang tugas-tugas dan amalan para malaikat Allah.
Berapakah Jumlah Malaikat?
Masih segar dalam ingatan penulis, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar mendapatkan penjelasan bahwasanya jumlah malaikat itu ada sepuluh. Benarkah demikian? Yang benar, jumlah malaikat tidak terbatas hanya sepuluh. Jumlah mereka sangat banyak, hanya Allah yang mengetahuinya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَايَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلاَّهُوَ
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu (yakni malaikat) melainkan Dia sendiri” (QS. Al Mudatsiir:31).
Di antara dalil yang menunjukkan banyaknya bilangan malaikat dan tidak ada yang dapat menghitungnya kecuali Allah adalah sebuah hadist shahih yang berkaitan dengan baitul makmur, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya baitul makmur berada di langit yang ketujuh setentang dengan ka’bah di bumi, setiap hari dikunjungi sebanyak tujuh puluh ribu malaikat , kemudian mereka tidak akan kembali lagi.” (H.R Bukhari dan Muslim). (Husuulul Ma’muul bi Syarhi Tsalaatsatil Ushuul, Syaikh Abdullah al Fauzan).
Keutamaan Malaikat
Malaikat-malaikat Allah memiliki beberapa keutamaan, di antaranya:
[1]. Allah Ta’ala meng-idhofah-kan (menyandarkan) malaikat kepada Allah dengan idhoofatu tasyriif (penyandaran yang menunjukkan kemuliaan), seperti dalam firman-Nya,
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّلَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِّلْكَافِرِينَ {98}
Barangsiapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir” (QS. Al Baqoroh:98)
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ{285}
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya…” (QS. Al Baqoroh 285). Karena malaikat disandarkan pada Allah yang Maha Mulia, inilah yang menunjukkan kemuliaannya. (ed)
[2]. Allah menggandengkan persaksian para malaikat dengan persaksian Allah, dan shalawat para malaikat dengan shalawat Allah, seperti dalam firman-Nya,
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لآَإِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ {18}
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imron: 18)
[3]. Allah menyifati para malaikat dengan mulia dan kemuliaan. Allah Ta’ala berfirman,
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُّكْرَمُونَ {26}
Dan mereka berkata:”Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai )anak. Maha Suci Allah, sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan” (QS. Al Anbiyaa’: 26)
[4]. Allah menyifatinya dengan ketinggian dan kedekatan, sebagaimana dalam firman Allah,
يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ {21}
“ Yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan kepada Allah.” (QS. Al Muthaffifin:21)
Dan masih banyak keutamaan lainnya. (Lihat Al Irsyaad ilaa shohiihil I’tiqaad, Syaikh Shalih Al Fauzan).
Buah Keimanan Kepada Malaikat
Keimanan seorang mukmin yang benar terhadap malaikat akan membuahkan hal-hal berikut ini.
  1. Menambah ilmu tentang keagungan, kekuatan, dan kekuasaan Allah Ta’ala. Karena keagungan makhluk (malaikat, ed) menujukkan keagungan penciptanya.
  2. Bersyukur kepada Allah terhadap penjagaan-Nya terhadap manusia, karena di antara malaikat ada yang bertugas menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka, serta memberikan maslahat-maslahat (manfaat) yang lainnya bagi mereka.
  3. Muncul kecintaan kepada malaikat disebabkan ketaatan mereka beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Syarhu Ushuulil Iman, Syaikh Ibnu ‘Utsamin)
Demikian bebrapa penjelasan mengenai keimanan yang benar terhadap para malaikat Allah. Semoga dapat menambah ilmu dan menambah keimanan kita. Wallohul musta’an.
PenulisAbu ‘Athifah Adika Mianoki

SERIAL ALAM JIN (PAGE 1 - PAGE 20)

Referensi:‘Alamul Jin wasy Syaithon, Syaikh Prof. Dr. ‘Umar bin Sulaiman bin ‘Abdullah Al Asyqor, terbitan Darun Nafais, cetakan kelimabelas, tahun 1423 H // Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibni Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H. // Pesantren Darush Sholihin, Panggang-Gunungkidul, 14 Jumadal Ula 1434 H // Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal // Artikel Muslim.Or.Id

Serial 1 Alam Jin: Penciptaan dan Bentuk Fisik Jin



Dalam beberapa serial ke depan, Muslim.Or.Id -insya Allah- akan mengangkat suatu pembahasan mengenai alam jin karena urgennya pemahaman terhadap makhluk Allah yang satu ini, ditambah beberapa kekeliruan pemahaman yang ada di tengah-tengah masyarakat. Semoga bermanfaat.

Jin Tertutup dari Pandangan Manusia

Perlu diketahui bahwa jin berada di alam yang berbeda, bukan di alam manusia, bukan pula di alam malaikat.
Jin dinamakan jin karena mereka tertutup dari pandangan manusia. Ibnu ‘Aqil mengatakan bahwa jin disebut jin karena mereka menjauh dan tertutup dari pandangan manusia. Demikian nukilan dari Aakamul Marjaan fii Ahkamil Jaan. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ
Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al A’raf: 27).

Jin Diciptakan dari Api

Jin diciptakan dari api sebagaimana disebutkan dalam tiga dalil berikut ini,
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr: 27).
Begitu pula disebutkan dalam surat Ar Rahman,
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar Rahman: 15).
Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).

Jin Diciptakan Lebih Dulu daripada Manusia

Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ (26) وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ (27)
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas” (QS. Al Hijr: 26-27).

Bentuk Fisik Jin

Kita tidaklah bisa memastikan bentuk fisik jin kecuali berdasarkan dalil. Di antara dalil menyebutkan bahwa jin memiliki qolbun (jantung, hati). Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al A’raf: 179). Di dalam ayat ini disebutkan pula bahwa jin di samping memiliki hati (jantung), juga memiliki mata dan telinga. Bahkan setan memiliki suara sebagaimana disebutkan dalam ayat,
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ
Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu (ajakanmu)” (QS. Al Isra’: 64). Ayat di atas membicarakan tentang setan (iblis).
Bahkan dalam berbagai hadits juga disebutkan bahwa setan memiliki lisan, jin itu makan, minum, dan tertawa, juga disebutkan berbagai sifat lainnya.

Berbagai Sebutan untuk Jin

Ada berbagai macam penyebutan jin dalam bahasa Arab:
  1. Untuk jin murni, maka disebut jinni
  2. Untuk  yang tinggal bersama manusia disebut ‘aamir, bentuk pluralnya adalah ‘ammaar
  3. Jin yang mengganggu anak kecil disebut arwah
  4. Yang jahat dan sering mengganggu adalah syaithon (setan)
  5. Yang lebih jahat lagi adalah maarid
  6. Yang paling jahat dan begitu garang adalah ifriit, bentuk pluralnya adalah ‘afaarit.
Disebutkan dalam hadits riwayat Ath Thobroni dan Al Hakim dengan sanad shahih, jin itu ada tiga kelompok:
  1. Jin yang terbang di udara
  2. Jin yang berbentuk ular dan anjing
  3. Jin yang lepas dan berjalan
Demikian bahasan ringkas untuk serial perdana ini. Moga Allah mudahkan untuk dilanjutkan pada serial berikutnya.
Hanya Allah yang memberi taufik.

Serial 2 Alam Jin: Pengingkaran Terhadap Keberadaan Jin


Muslim.Or.Id kembali melanjutkan pembahasan alam jin. Sebagian orang ada yang mengingkari keberadaan jin dengan berbagai alasan yang mengada-ngada. Bahkan  sebagian orang musyrik menyatakan bahwa yang dimaksud jin adalah arwah-arwah bintang. Demikian yang disebutkan dalam Majmu’ Al Fatawa, 24: 280.
Sedangkan golongan falasifah (ahli filsafat) berpendapat bahwa jin hanyalah keinginan jelek di hati manusia, sedangkan malaikat adalah keinginan baik. Demikian disebutkan dalam Majmu’ Al Fatawa, 4: 346.
Ada pula peneliti kontemporer yang menganggap bahwa jin hanyalah mikroba yang sudah ditemukan dalam penelitian mutakhir. Dan juga ada pendapat dari Dr. Muhammad Al Bahi yang menyatakan bahwa jin itu sama dengan malaikat, keduanya dianggap berada dalam satu alam.

Tidak Tahu Tidak Bisa Menjadi Dalil Akan Tidak Adanya Sesuatu

Para pengingkar jin ini asalnya beralasan dengan ketidaktahuan mereka akan wujud jin. Padahal tidak adanya ilmu tidak bisa menjadi dalil akan tidak adanya sesuatu. Allah Ta’ala katakan terhadap orang-orang semacam ini,
بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ
Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna” (QS. Yunus: 39).
Begitu pula manusia sebenarnya hanya diberikan ilmu yang sedikit. Allah Ta’ala berfirman,
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.” (QS. Al Isra’: 85). Jadi tidak seenak kita menentukan sesuatu itu ada atau tidak dan bagaimana gambarannya terkhusus untuk masalah alam ghaib yang kita tidak tahu.

Dalil yang Menunjukkan Adanya Jin

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Tidak ada satu pun yang mengingkari keberadaan jin dari kaum muslimin. Tidak ada yang mengingkari pula bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus pada kalangan jin. Dan mayoritas orang kafir pun menetapkan adanya jin. Adapun orang Yahudi dan Nashrani, mereka mengakui adanya jin sebagaimana kaum muslimin. Jika ada dari kalangan ahli kitab tersebut yang mengingkari keberadaan jin, maka sama halnya dengan sebagian kaum muslimin seperti Jahmiyah dan Mu’tazilah. Akan tetapi mayoritas kaum muslimin mengakui adanya jin.
Pengakuan seperti ini dikarenakan keberadaan jin itu secara mutawatir dari berita yang datang dari para nabi. Bahkan keyakinan terhadap jin sudahma’lum bidh dhoruroh yaitu tidak mungkin seseorang tidak mengetahui perkara tersebut[1].” (Majmu’ Al Fatawa, 19: 10).
Di tempat lain, Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seluruh kelompok kaum muslimin mengakui keberadaan jin sebagaimana pula mayoritas kaum kafir dan sebagian besar ahli kitab, begitu pula kebanyakan orang musyrik Arab dan selain mereka dari keturunan Al Hadzil, Al Hind dan selain mereka yang merupakan keturunan Haam, begitu pula mayoritas penduduk Kan’an dan Yunan yang merupakan keturunan Yafits. Jadi mayoritas manusia mengakui adanya jin.” (Majmu’ Al Fatawa, 19: 13).
Beberapa dalil pendukung dari Al Qur’an,
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا
Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan.” (QS. Al Jin: 1).
Begitu pula dalam ayat dalam surat yang sama,
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS. Al Jin: 6).
Juga dalam ayat dalam surat lainnya,
وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآَنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS. Al Ahqaf: 29).
Dan masih banyak dalil lainnya dalam Al Qur’an yang menyebutkan keberadaan jin. Di samping itu banyak pula yang menyaksikan dan mendengar keberadaan jin. Namun yang menyaksikan tidak tahu kalau itu jin. Mereka mengklaim itu adalah arwah atau makhluk ghaib. Sebagai bukti pula bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbicara dengan kalangan jin, mengajari mereka, dan membacakan Al Qur’an untuk mereka.
Adapun yang menyatakan bahwa jin itu satu alam dengan malaikat, maka itu keliru. Karena alam kedua golongan tersebut berbeda. Malaikat tidak makan dan tidak minum, serta tidak durhaka pada perintah Allah dan hanya melakukan yang diperintahkan. Sedangkan jin itu ada yang pendusta, jin pun makan dan minum, dan durhaka pada perintah Allah.
[1] Al ma’lum minad diin bid dhoruroh bisa berarti:
1- Mujma’ ‘alaih (sesuatu yang disepakati), contoh wajibnya shalat lima waktu
2- Laa yasa’u ahadan jahluhu, tidak mungkin seseorang tidak mengetahui perkara tersebut
3-Ushul wa qowa’id al islam, pokok dan landasan agama seperti rukun Islam yang lima
(Penjelasan Syaikh ‘Ali bin ‘Abdul ‘Aziz Asy Syibl dalam kajian Al Qowa’idul Arba’)

Serial 3 Alam Jin: Setan dan Iblis Bukan Malaikat


Setan banyak dibicarakan dalam Al Qur’an dan ia termasuk bagian dari alam jin. Saat awal penciptaan, ia taat pada perintah Allah dan ia menghuni langit bersama para malaikat, bahkan ia berada di surga. Kemudian ia durhaka pada Rabbnya ketika ia diperintah sujud pada Adam, ia sombong sehingga ia pun terusir.

Setan dan Namanya

Setan dalam bahasa Arab berarti sombong atau congkak. Ia disebut demikian karena kecongkakan dia di hadapan Rabbnya. Ia pun disebut thoghutsebagaimana terdapat dalam ayat,
الَّذِينَ آَمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An Nisaa’: 76). Setan disebut thoghut karena ia telah melampaui batas dengan kesombongan dan kecongkakan di hadapan Rabbnya, serta ia rela disembah oleh makhluk lainnya.
Setan juga termasuk makhluk yang putus asa dari rahmat Allah. Oleh karenanya ia dinamakan pula iblis. Iblis dalam bahasa Arab berarti tidak memiliki kebaikan apa-apa dan artinya berputus asa.
Jika kita menelaah Al Qur’an dan hadits, kita akan tahu bahwa setan adalah makhluk berakal, punya keinginan dan bergerak, bukan seperti anggapan sebagian orang yang menyatakan sebagai ruh jelek saja.

Setan Bagian dari Jin

Sebagaimana telah disebutkan bahwa setan adalah bagian dari jin. Namun perkara ini terus jadi perselisihan sejak masa silam hingga saat ini. Dalil yang jadi pegangan adalah firman Allah Ta’ala,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. Al Baqarah: 34). Ayat ini dan semisalnya menunjukkan bahwa Allah mengecualikan iblis dari para malaikat, sekaligus menunjukkan bahwa keduanya sejenis.
Dalam kitab tafsir dan tarikh telah dinukil berbagai pendapat ulama yang menunjukkan bahwa iblis dulunya adalah bagian dari malaikat. Namunsebenarnya yang tepat adalah bahwa pengecualian yang disebutkan di atas tidak menunjukkan bahwa iblis dan malaikat secara tegas itu sejenis. Karena ada kemungkinan istitsna (pengecualian) dalam ayat itu terputus dan menunjukkan berbeda jenis. Bahkan inilah yang benar dan dibuktikan dalam ayat lain,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya.” (QS. Al Kahfi: 50).
Dan kita juga punya dalil pendukung yang shahih bahwa jin bukanlah malaikat dan bukan manusia sebagaimana dalam hadits,
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).
Al Hasan Al Bashri berkata, “Iblis bukanlah malaikat sama sekali.” (Al Bidayah wan Nihayah, 1: 79). Ibnu Taimiyah juga berkata, “Setan sebelumnya bagian dari malaikat dilihat dari sisi bentuknya. Namun dilihat dari sisi asli dan kesamaan tidaklah sama.” (Majmu’ Al Fatawa, 4: 346)

Apakah Setan Aslinya dari Jin?

Apakah setan aslinya dari jin atau satu golongan dengan jin, maka tidak ada dalil tegas yang mendukung hal ini. Namun yang nampak lebih kuat adalah setan itu satu golongan dengan jin sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ
Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Rabbnya.” (QS. Al Kahfi: 50).
Adapun Ibnu Taimiyah rahimahullah berpendapat bahwa setan aslinya dari jin sebagaimana Adam adalah asal dari manusia.
Demikian sedikit penjelasan tentang setan dan pembahasan lanjutan akan ditindaklanjuti berikutnya dengan berharap kemudahan dari Allah.
Hanya Allah yang memberi taufik dan kemudahan.

Serial 4 Alam Jin: Rupa Setan


Bahasan kali ini akan ditindaklanjuti dengan melihat rupa setan. Di antaranya setan itu adalah makhluk yang memiliki tanduk dan rupa yang buruk.

Rupa Setan

Setan memiliki rupa yang amat jelek. Bahkan dalam khayalan setiap orang pun sudah tertanam. Kepala setan pun digambarkan dalam Al Qur’an seperti mayang dari pohon yang keluar dari dasar neraka. Sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ (64) طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ (65)
Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dari dasar neraka yang menyala. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan.” (QS. Ash Shaffaat: 64-65).
Orang Nashrani di masa silam menggambarkan setan sebagai laki-laki yang hitam kelam yang memiliki jenggot, alis mata yang runcing ke atas, mulut yang mengeluarkan nyala api, bertanduk, memiliki kuku yang panjang dan berekor.

Setan Memiliki Dua Tanduk

Dalil yang menunjukkan bahwa setan memiliki dua tanduk:
Hadits Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَحَرَّوْا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بِقَرْنَىْ شَيْطَانٍ
Janganlah kalian melaksanakan shalat saat matahari terbit dan saat tenggelam karena waktu tersebut adalah waktu munculnya dua tanduk setan” (HR. Muslim no. 828).
Dari Ibnu ‘Umar pula, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا طَلَعَ حَاجِبُ الشَّمْسِ فَدَعُوا الصَّلاَةَ حَتَّى تَبْرُزَ ، وَإِذَا غَابَ حَاجِبُ الشَّمْسِ فَدَعُوا الصَّلاَةَ حَتَّى تَغِيبَ  وَلاَ تَحَيَّنُوا بِصَلاَتِكُمْ طُلُوعَ الشَّمْسِ وَلاَ غُرُوبَهَا ، فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ
Jika matahari mulai terbit, tinggalkanlah shalat sampai terang (matahari terbit). Jika matahari mulai tenggelam, tinggalkanlah shalat, sampai benar-benar hilang (tenggelam). Janganlah kalian bersengaja mengerjakan shalat ketika matahari terbit dan tenggelam karena matahari terbit pada dua tanduk setan.” (HR. Bukhari no. 3273)
Makna hadits di atas adalah bahwa sekelompok orang musyrik dahulu menyembah matahari. Mereka sujud pada matahari ketika akan terbit dan tenggelam. Ketika itu setan berdiri di arah matahari itu berada supaya orang-orang menyembahnya. Hal ini ditegaskan dalam hadits berikut,
صَلِّ صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَتَّى تَرْتَفِعَ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ حِينَ تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ ثُمَّ صَلِّ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُودَةٌ مَحْضُورَةٌ
Laksanakanlah shalat shubuh kemudian berhentilah mengerjakan shalat hingga terbit matahari, hingga pula matahari meninggi karena matahari terbit ketika munculnya dua tanduk setan dan saat itu orang-orang kafir sujud pada matahari. Kemudian setelah itu shalatlah karena shalat ketika itu disaksikan.
Dan hadits itu disebutkan pula,
حَتَّى تُصَلِّىَ الْعَصْرَ ثُمَّ أَقْصِرْ عَنِ الصَّلاَةِ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَإِنَّهَا تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَحِينَئِذٍ يَسْجُدُ لَهَا الْكُفَّارُ
Hingga engkau shalat ‘Ashar kemudian setelah itu berhentilah shalat hingga matahari tenggelam karena saat itu matahari tenggelam antara dua tanduk setan dan saat itu orang-orang kafir sujud pada matahari.” (HR. Muslim no. 832).
Hadits larangan shalat di atas dipahami untuk shalat yang tidak memiliki sebab seperti shalat sunnah mutlak, yaitu asal shalat sunnah saja dua raka’at. Jika shalat yang memiliki sebab seperti tahiyyatul masjid, shalat gerhana, shalat setelah wudhu, atau qodho’ shalat yang luput, maka dibolehkan meskipun pada waktu terlarang untuk shalat. Karena dalam hadits larangan di atas disebutkan,
وَلاَ تَحَيَّنُوا بِصَلاَتِكُمْ
Janganlah mengerjakan shalat (yang tidak memiliki sebab) secara sengaja …
Hanya Allah yang memberi taufik.



SERIAL 5 ALAM JIN: MAKANAN DAN MINUMAN JIN
Perlu diketahui bahwa jin -termasuk pula setan- melakukan aktivitas makan dan minum. Beberapa dalil membuktikan hal ini.

Dalam Shahih Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّهُ كَانَ يَحْمِلُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – إِدَاوَةً لِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ ، فَبَيْنَمَا هُوَ يَتْبَعُهُ بِهَا فَقَالَ « مَنْ هَذَا » . فَقَالَ أَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ . فَقَالَ « ابْغِنِى أَحْجَارًا أَسْتَنْفِضْ بِهَا ، وَلاَ تَأْتِنِى بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ » . فَأَتَيْتُهُ بِأَحْجَارٍ أَحْمِلُهَا فِى طَرَفِ ثَوْبِى حَتَّى وَضَعْتُ إِلَى جَنْبِهِ ثُمَّ انْصَرَفْتُ ، حَتَّى إِذَا فَرَغَ مَشَيْتُ ، فَقُلْتُ مَا بَالُ الْعَظْمِ وَالرَّوْثَةِ قَالَ « هُمَا مِنْ طَعَامِ الْجِنِّ ، وَإِنَّهُ أَتَانِى وَفْدُ جِنِّ نَصِيبِينَ وَنِعْمَ الْجِنُّ ، فَسَأَلُونِى الزَّادَ ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ لَهُمْ أَنْ لاَ يَمُرُّوا بِعَظْمٍ وَلاَ بِرَوْثَةٍ إِلاَّ وَجَدُوا عَلَيْهَا طَعَامًا »

Bahwasanya ia pernah membawakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wadah berisi air wudhu dan hajat beliau. Ketika ia membawanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa ini?” “Saya, Abu Hurairah”, jawabnya. Beliau pun berkata, “Carilah beberapa buah batu untuk kugunakan bersuci. Dan jangan bawakan padaku tulang dan kotoran (telek).” Abu Hurairah berkata, “Kemudian aku mendatangi beliau dengan membawa beberapa buah batu dengan ujung bajuku. Hingga aku meletakkannya di samping beliau dan aku berlalu pergi. Ketika beliau selesai buang hajat, aku pun berjalan menghampiri beliau dan bertanya, “Ada apa dengan tulang dan kotoran?” Beliau bersabda, “Tulang dan kotoran merupakan makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan”. (HR. Bukhari no. 3860)

Begitu pula dalam hadits lainnya, dari ‘Abdullah bin Mas’ud disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَسْتَنْجُوا بِالرَّوْثِ وَلاَ بِالْعِظَامِ فَإِنَّهُ زَادُ إِخْوَانِكُمْ مِنَ الْجِنِّ

“Janganlah kalian beristinja’ (membersihkan kotoran pada dubur) dengan kotoran dan jangan pula dengan tulang karena keduanya merupakan bekal bagi saudara kalian dari kalangan jin.” (HR. Tirmidzi no. 18. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Juga diceritakan dalam hadits lainnya bahwa setan makan dengan tangan kiri. Sedangkan kita diperintahkan menyelisihi setan dalam hal tersebut.

Dalam Shahih Muslim, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian makan, makanlah dengan tangan kanannya. Ketika minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan itu makan dan minum dengan tangan kirinya.” (HR. Muslim no. 2020).

Dalil lainnya juga menunjukkan setan itu makan dan minum yaitu dari hadits Jabir bin ‘Abdillah, ia mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ

“Jika salah seorang di antara kalian memasuki rumahnya, lalu ia berdzikir pada Allah ketika memasukinya dan ketika hendak makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), “Sungguh kalian tidak mendapat tempat bermalam dan tidak mendapat makan malam.” Namun ketika seseorang memasuki rumah dan tidak berdzikir pada Allah, setan pun berkata (pada teman-temannya), “Akhirnya, kalian mendapatkan tempat bermalam.” Jika ia tidak menyebut nama Allah ketika makan, setan pun berucap (pada teman-temannya), “Kalian akhirnya mendapat tempat bermalam dan makan malam.” (HR. Muslim no. 2018).

Sebagaimana manusia terlarang memakan daging yang disembelih tanpa menyebut nama Allah. Maka sama halnya dengan jin beriman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan pada mereka makanan berupa tulang yang disebut nama Allah. Jin beriman tidak boleh meninggalkan penyebutan ‘bismillah’. Sedangkan setan jadi menghalalkan makanan yang tidak disebut nama Allah. Oleh karena itu, sebagian ulama berdalil bahwa bangkai merupakan makanan setan karena bangkai itu berasal dari hewan yang disembelih tanpa disebutkan bismillah.

Begitu pula sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim berdalil bahwa minuman yang memabukkan adalah minumannya setan. Di antara yang dijadikan dalil adalah ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maidah: 90). Karena yang meminum khomr adalah wali setan dan atas perintahnya. Mereka sama dengan setan dalam amalan tersebut. Jadi, peminum khomr pantas mendapatkan dosa dan siksa.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Serial 6 Alam Jin: Perkawinan Jin


Yang nampak memang jin juga melakukan perkawinan. Sebagian ulama berdalil akan hal ini dengan firman Allah yang menyebutkan para pasangan penduduk surga sebagaimana dalam ayat,
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin” (QS. Ar Rahman: 56).
Yang dimaksud dengan ‘thomts’ dalam ayat ini berarti jima’ (bersetubuh) menurut bahasa Arab. Jadi, berdasarkan ayat ini dapat dikatakan bahwa jin melakukan jima’ atau perkawinan, sebagaimana manusia.
Ada juga hadits yang mendukung hal ini, namun sanadnya dikritik, yaitu hadits yang mengatakan, “Jin itu saling memiliki keturunan sebagaimana manusia pun demikian. Mereka jumlahnya banyak.” (HR. Ibnu Abi Hatim). Dipandang hadits ini shahih ataukah tidak, cukup sebenarnya dengan ayat yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa jin melakukan perkawinan.
Begitu pula Allah telah memberitahukan kepada kita bahwa setan itu memiliki keturunan. Kita dapat mengambil pelajaran dari Surat Al Kahfi,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim.” (QS. Al Kahfi: 50).
Qotadah mengatakan, “Anak-anak setan itu saling memiliki keturunan sebagaimana anak keturunan Adam, dan mereka jumlahnya amat banyak.” (Lihat Lawami’ul Anwar, 2: 222).

Perkawinan Jin dan Manusia

Kita mungkin pernah mendengar bahwa ada laki-laki yang kawin dengan jin perempuan atau sebaliknya perempuan yang kawin dengan jin laki-laki. Imam Suyuthi pernah menyebutkan beberapa atsar dan berita dari para salaf tentang hal tersebut yaitu perkawinan antara jin dan manusia.
Ada juga perkataan Ibnu Taimiyah dalam hal ini,
وَقَدْ يَتَنَاكَحُ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ وَيُولَدُ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ وَهَذَا كَثِيرٌ مَعْرُوفٌ وَقَدْ ذَكَرَ الْعُلَمَاءُ ذَلِكَ وَتَكَلَّمُوا عَلَيْهِ وَكَرِهَ أَكْثَرُ الْعُلَمَاءِ مُنَاكَحَةَ الْجِنِّ
“Bisa jadi ada perkawinan antara manusia dan jin, lalu akan ada anak keturunannya. Kisah semacam ini banyak sekali. Para ulama juga telah menyebutkan hal tersebut dan membicarakan hukumnya. Kebanyakan ulama melarang (memakruhkan) pernikahan dengan jin.” (Majmu’ Al Fatawa, 19: 39-40).
Al Hasan Al Bashri, Qotadah, Al Hakam dan Ishaq melarang bentuk pernikahan manusia dan jin. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa tidak ada dalil yang melarang pernikahan dengan jin, namun hal tersebut tidak dianjurkan. Imam Malik pernah berkata, “Aku memakruhkan jika ada seorang wanita hamil lalu ditanya, siapa yang menghamilinya? Lalu ia menjawab, “Jin”. Ini menimbulkan kerusakan yang banyak.”
Dalil larangan pernikahan antara jin dan manusia adalah dalil yang menyebutkan bahwa manusia harusnya memiliki pasangan dari yang sejenis dengan mereka. Sebagaimana disebutkan dalam surat Ar Rum,
وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Rum: 21).
Kalau di atas dikatakan dari pernikahan bisa timbul rasa tentram, lalu kasih sayang, ini sulit tercapai pada perkawinan dengan lawan jenis (antara jin dan manusia). Hikmah dari pernikahan jadinya sia-sia. Dan sulit digapai rumah tangga yang rukun dalam pernikahan semacam itu.
Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa mungkin saja terjadi perkawinan antara manusia dan jin adalah ayat yang disebutkan di atas,
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin” (QS. Ar Rahman: 56). Ada kemungkinan dari ayat ini perkawinan antara jin dan manusia.
Semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat.

Serial 7 Alam Jin: Umur Jin


Sebagian orang mungkin mengira bahwa jin tidak bisa mati, begitu pula setan. Padahal tidak demikian. Jin dan setan pun bisa mati. Mereka tercakup dalam firman Allah Ta’ala,
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (26) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ (27) فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (28)
Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 26-28). Dalam ayat ini dikatakan bahwa setiap makhluk itu bisa binasa (mati), termasuk pula jin dan setan.
Dalam Shahih Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengucapkan do’a,
أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ الَّذِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، الَّذِى لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ
Aku berlindung dengan keagungan-Mu yang tiada sesembahan yang berhak disembah selain-Mu dan Engkau tidak mati, sementara jin dan manusia itu mati.” (HR. Bukhari no. 7383 dan Muslim no. 2717). Ini menunjukkan bahwa jin pun bisa mati, termasuk di dalamnya setan.
Adapun umur jin dan setan tiada yang mengetahuinya. Kecuali Iblis Al La’in (yang terlaknat), ia akan tetap hidup hingga hari kiamat sebagaimana disebutkan dalam ayat,
قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)
Iblis berkata: “Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan”.Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)”. Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shaad: 79-83)
Namun untuk selain Iblis, tidak diketahui umurnya. Namun mereka lebih panjang umurnya dari manusia.
Di antara dalil pula yang menunjukkan bahwa jin bisa mati dapat kita lihat dari kisah Kholid bin Walid yang membunuh setan perempuan Al ‘Uzza (yaitu pohon yang dahulu disembah kalangan Arab).
Semoga Allah memberikan ilmu yang bermanfaat.

Serial 8 Alam Jin: Kediaman Jin


Di manakah jin itu bermukim?
Jin itu bermukim di atas bumi sebagaimana kita menetap.  Di antara jin ada yang tinggal di bekas tempat reruntuhan, ada juga yang berdiam di tanah lapang atau padang sahara. Begitu pula di antara mereka ada yang tinggal di tempat-tempat najis seperti kamar mandi, tempat pembuangan kotoran, dan kuburan. Di antaranya kamar mandi dilarang shalat karena di sana terdapat banyak najis, lalu jin senang berdiam di situ . Begitu pula di kuburan, dilarang pula shalat di tempat tersebut karena dapat mengantarkan pada kesyirikan.
Jin banyak pula terdapat di tempat-tempat yang mereka mudah berbuat kerusakan di sana seperti di pasar. Sahabat Salman pernah menasehati sebagian sahabatnya,
لاَ تَكُونَنَّ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ السُّوقَ وَلاَ آخِرَ مَنْ يَخْرُجُ مِنْهَا فَإِنَّهَا مَعْرَكَةُ الشَّيْطَانِ وَبِهَا يَنْصِبُ رَايَتَهُ
Janganlah kalian menjadikan tempat pertama yang dimasuki adalah pasar, jangan pula tempat terakhir untuk keluar karena pasar adalah markasnya setan dan di sana ia tancapkan benderanya.” (HR. Muslim no. 2451).
Setan pun dapat tinggal di rumah-rumah tempat berdiamnya manusia, terutama setan mudah bermukim di rumah yang tidak disebut nama Allah, dzikir pada Allah dilupakan, serta bacaan Al Qur’an ditinggalkan terutama surat Al Baqarah dan ayat kursi.
Setan akan menyebar di waktu gelap (malam hari). Oleh karena itu sebagaimana terdapat dalam hadits muttafaqun ‘alaih, kita diperintahkan untuk menahan anak-anak kita dari keluar rumah pada waktu tersebut.
Setan pada waktu adzan pun akan lari dan pada waktu Ramadhan akan dibelenggu.
Di antara kegelapan dan waktu matahari muncul, setan sangat suka sekali duduk-duduk ketika itu, sebagaimana hal ini diterangkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan dalam kitab sunan dan lainnya.
Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.

Serial 9 Alam Jin: Hewan Tunggangan Jin


Jin juga ternyata memiliki kendaraan atau tunggangan sebagaimana manusia pun demikian. Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan,
لَكُمْ كُلُّ عَظْمٍ ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ يَقَعُ فِى أَيْدِيكُمْ أَوْفَرَ مَا يَكُونُ لَحْمًا وَكُلُّ بَعَرَةٍ عَلَفٌ لِدَوَابِّكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَلاَ تَسْتَنْجُوا بِهِمَا فَإِنَّهُمَا طَعَامُ إِخْوَانِكُمْ »
Untuk kalian (golongan jin) segala tulang yang disebut nama Allah atasnya (pada saat penyembelihannya), yang kalian dapatkan masih banyak dagingnya, dan setiap kotoran binatang adalah makanan untuk binatang kalian (golongan jin). Oleh karenanya janganlah (golongan manusia) beristinjak (cebok) dengan keduanya, sebab keduanya adalah makanan saudara-saudara kalian” (HR. Muslim no. 450).
Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa jin memiliki hewan tunggangan. Makanan hewan tunggangan jin adalah kotoran dari hewannya manusia.
Begitu pula setan memiliki kuda. Disebutkan dalam ayat,
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا
Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu (suaramu), dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka” (QS. Al Israa’: 64).
Ayat di atas membicarakan tentang iblis karena ayat sebelumnya disebutkan,
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (61) قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا (62) قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (63)
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu semua kepada Adam”, lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” (QS. Al Israa’: 61).
Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil“. (QS. Al Israa’: 62).
Allah berfirman: “Pergilah, barangsiapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup. (QS. Al Israa’: 63).
Dan disebutkan dalam surat Al Israa’ ayat 64 bahwa setan memiliki hewan tunggangan yaitu kuda: “dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda”.
Insya Allah serial berikutnya akan dilanjutkan dengan hewan-hewan yang diserupakan dengan setan. Semoga Allah mudahkan.

Serial 10 Alam Jin: Hewan Yang Diserupakan Dengan Setan


Beberapa hewan diserupakan dengan setan, di antaranya unta dan anjing hitam.
Mengenai unta disebutkan dalam hadits Al Baro’ bin ‘Azib radhiyallahu ’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai shalat di tempat menderumnya unta, beliau bersabda,
لَا تُصَلُّوا فِي مَبَارِكِ الْإِبِلِ ، فَإِنَّهَا مِنْ الشَّيَاطِينِ
Janganlah shalat di tempat menderumnya unta karena ia dari setan.” (HR. Abu Daud no. 493, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).
Dalam lafazh Ibnu Majah disebutkan,
فَإِنَّهَا خُلِقَتْ مِنْ الشَّيَاطِينِ
Karena ia diciptakan dari setan.” (HR. Ibnu Majah no. 769).
Dari Hamzah bin ‘Amr Al Aslami radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَى ظَهْرِ كُلِّ بَعِيرٍ شَيْطَانٌ ، فَإِذَا رَكِبْتُمُوهَا فَسَمُّوا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ
Di setiap punggung unta itu ada setan. Jika kalian menungganginya, sebutlah nama Allah.” (HR. Ahmad 2667, hasan kata Syaikh Al Albani).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan bahwa unta itu dari setan. Wallahu a’lam, yang dimaksud adalah termasuk serupa dengan setan. Karena setiap hewan yang sombong biasa disebut setan. Seperti anjing hitam disebut setan. Unta termasuk setan dari hewan ternak. Ada juga setan dari manusia.
Oleh karenanya ketika manusia memakan daging unta, mungkin saja ia akan cenderung membangkang dan serupa dengan setan. Setan diciptakan dari api. Sedangkan api dipadamkan dengan air. Sehingga karena itulah setelah memakan daging unta diperintahkan untuk berwudhu. Perlu diketahui bahwa hati manusia cenderung berubah sesuai dengan makanan yang ia santap.” (Syarh ‘Umdatul Fiqh, 1: 185).
Begitu pula alasan lainnya, kenapa diperintahkan berwudhu setelah memakan daging unta karena hal itu dapat memadamkan sifat setan yang jelek. Hal ini berbeda halnya ketika seseorang tidak berwudhu setelah memakannya. Dan di kalangan Arab biasa setelah memakan daging unta punya sifat pendendam. Lihat Majmu’atul Fatawa, 20: 523.
Adapun anjing hitam disebut setan karena anjing tersebut adalah sejelek-jeleknya anjing dan sedikit manfaatnya.
Wallahu waliyyut taufiq.

Serial 11 Alam Jin: Kemampuan Jin Bergerak Cepat


Di antara kemampuan yang Allah berikan kepada jin yang tidak ditemukan pada manusia adalah berjalan cepat.
Yang membuktikan hal ini adalah Ifrit yang termasuk bangsa jin membuat janji pada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam untuk menghadirkan singgasana kerajaan Yaman ke Baitul Maqdis. Ia janjikan singgasana tersebut akan datang dalam waktu singkat yaitu tidak sampai Sulaiman berdiri dari tempat duduknya.
Hal ini disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (39) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آَتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآَهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (40)
Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya”. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.” (QS. An Naml: 39-40).
Mujahid berkata bahwa ‘Ifrit adalah jin yang durhaka.
Dahulu Sulaiman itu biasa duduk untuk menyelesaikan permasalahan rakyatnya mengenai qodho’, hukum dan ia pun duduk untuk menyantapkan makanannya. Hal itu dilakukan dari awal siang hingga terbenam matahari. Demikian penjelasan As Sudi.
Ifrit membawa singgasana kerajaan Yaman dalam waktu cukup singkat. Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa ia membawanya sebelum Sualiman berdiri dari duduknya. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah tempat duduknya. Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 5: 673.
Masih akan dilanjutkan kembali mengenai kemampuan-kemampuan jin lainnya di web tercinta Muslim.Or.Id. Semoga bermanfaat.

Serial 14 Alam Jin: Kemampuan Setan Menyusup Melalui Aliran Darah


Di antara kemampuan jin atau setan yang lainnya adalah ia dapat menyusup melalui aliran darah.
Dalil yang menyatakan bahwa setan itu mengalir di saluran darah manusia adalah kisah Shofiyah berikut.
عَنْ صَفِيَّةَ ابْنَةِ حُيَىٍّ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – مُعْتَكِفًا ، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلاً فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ ، فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِى لِيَقْلِبَنِى . وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِى دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ، فَمَرَّ رَجُلاَنِ مِنَ الأَنْصَارِ ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – أَسْرَعَا ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالاَ سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا »
Dari Shofiyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shofiyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shofiyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175).
Al Qodhi ‘Iyadh dan ulama lainnya berkata bahwa yang dimaksud setan itu menyusup dalam tubuh manusia adalah secara zhahirnya atau tekstualnya. Allah telah memberikan pada setan kekuatan dan kemampuan sehingga bisa mengalir atau menyusup dalam tubuh manusia melalui darahnya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi, 14: 140.
Ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari hadits di atas:
1- Lemah lembut dan kasih sayangnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai-sampai beliau ingin agar hati umatnya tidak disusupi oleh setan sehingga beliau mengabarkan hal tersebut. Karena jika setan sudah menjangkiti hati, tentu hati tersebut bisa binasa.
2- Berprasangka buruk pada seorang nabi adalah kufur dan ini disepakati oleh para ulama. Tidak pantas pula menuduh seorang nabi telah melakukan dosa besar.
3- Bolehnya seorang wanita menziarahi suaminya yang sedang i’tikaf. Ia boleh menziarahi atau mengunjunginya di siang atau di malam hari. Dan kunjungan seperti itu tidak mencacati i’tikafnya. Namun dimakruhkan saja terus bersenang-senang dengan istri ketika i’tikaf karena dikhawatirkan bisa merusak ibadah i’tikaf.
4- Hendaknya setiap muslim menghindari berprasangka buruk pada saudaranya, yang mesti didahulukan adalah memberikan uzur.
5- Jika seseorang melakukan sesuatu yang bisa disangka buruk oleh orang lain, maka hendaklah ia jelaskan perihal yang sebenarnya terjadi.
6- Setiap orang harus mempersiapkan dan menjaga diri dari tipu daya setan karena setan itu menyusup dalam tubuh manusia melalui aliran darahnya.
7- Boleh mengucapkan “subhanallah” ketika takjub pada sesuatu.
Semoga yang singkat ini bermanfaat. Wallahu a’lam, wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

Serial 17 Alam Jin: Setan Takut pada Orang yang Kuat Imannya


Seseorang yang imannya kuat, kokoh dan terus teguh dalam Islam, maka akan sukar diganggu setan.
Sebagaimana yang terjadi pada ‘Umar bin Khottob. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata pada ‘Umar bin Khottob,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَخَافُ مِنْكَ يَا عُمَرُ إِنِّى كُنْتُ جَالِسًا وَهِىَ تَضْرِبُ فَدَخَلَ أَبُو بَكْرٍ وَهِىَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عَلِىٌّ وَهِىَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ وَهِىَ تَضْرِبُ فَلَمَّا دَخَلْتَ أَنْتَ يَا عُمَرُ أَلْقَتِ الدُّفَّ
Sesungguhnya setan benar-benar takut padamu wahai Umar. Tatkala aku duduk budak wanita itu memukul rebana, lalu masuk Abu Bakar, ‘Ali dan Utsman, dia masih memukul rebana, tatkala dirimu yang datang budak wanita itu melemparkan rebananya.” (HR. Tirmidzi no. 3690. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنِّى لأَنْظُرُ إِلَى شَيَاطِينِ الإِنْسِ وَالْجِنِّ قَدْ فَرُّوا مِنْ عُمَرَ
Sungguh aku melihat setan dari kalangan manusia dan jin lari dari ‘Umar.” (HR. Tirmidzi no. 3691. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Juga beliau berkata pada ‘Umar,
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ قَطُّ سَالِكًا فَجًّا إِلاَّ سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ
Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, setan tidaklah menemuimu sama sekali ketika engkau melewati suatu jalan melainkan setan kala itu mencari jalan lain selain jalanmu.”  (HR. Bukhari no. 3294).
Namun hal seperti di atas bukan hanya berlaku pada ‘Umar bin Khottob. Setiap orang yang kuat imannya, maka setan akan kerdil di hadapannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,
إن المؤمن ينضي شيطانه كما ينضي أحدكم بعيره في السفر
“Sesungguhnya orang mukmin akan ditundukkan oleh setannya sebagaimana untanya dibuat patuh ketika safar.” (HR. Ahmad, Al Hakim, Ibnu Abid Dunya dalam Makayidisy Syaithon, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mendhoifkan hadits ini).
Jin qorin yang biasa menyertai manusia pun bisa tunduk, bahkan masuk Islam. Lihat hadits berikut.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنَ الْجِنِّ ». قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « وَإِيَّاىَ إِلاَّ أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِى عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِى إِلاَّ بِخَيْرٍ »
Setiap orang akan ditemani oleh qorinnya dari jin.” Para sahabat bertanya, “Termasuk engkau juga, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Iya termasuk aku. Namun Allah telah membuat qorin tersebut untuk tunduk padakku, ia masuk Islam dan hanya memerintahkanku pada kebaikan.” (HR. Muslim no. 2814).
Hanya Allah yang memberi taufik.

Serial 18 Alam Jin: Setan Tidak Dapat Menyerupai Nabi


Di antara kelemahan setan lainnya adalah ia tidak dapat menyerupai Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi.
Dalam hadits riwayat Tirmidzi disebutkan, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَآنِى فَإِنِّى أَنَا هُوَ فَإِنَّهُ لَيْسَ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ بِى
Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka itu benar aku karena setan tidak mungkin menyerupaiku.” (HR. Tirmidzi no. 2280. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَآنِى فِى الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِى فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَتَمَثَّلُ بِى
Siapa saja yang melihatku dalam mimpi, maka ia benar telah melihatku karena setan tidak mungkin menyerupai diriku.” (HR. Muslim no. 2266).
Dari Jabir, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَآنِى فِى النَّوْمِ فَقَدْ رَآنِى إِنَّهُ لاَ يَنْبَغِى لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَتَمَثَّلَ فِى صُورَتِى
Barangsiapa yang melihatku dalam mimpi, maka ia berarti benar telah melihatku karena setan tidak pantas menyerupai rupaku.” (HR. Muslim no. 2268).
Syaikh ‘Umar bin Sulaiman Al Asyqor berkata bahwa setan tidak mampu menyerupai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengaku-ngaku bahwa dia adalah Rasul. Inilah yang dipahami oleh Ibnu Sirrin sebagaimana dinukilkan oleh Imam Bukhari.
Namun hadits ini bukan berarti setiap orang yang mengaku melihat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu benar. Karena ia harus buktikan bagaimanakah ciri-ciri fisik Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata banyak yang mengaku, akan tetapi bentuk rupa yang digambarkan jauh berbeda. Wallahul musta’an.
Semoga bermanfaat, hanya Allah yang memberi taufik.

Serial 19 Alam Jin: Setan Tidak Dapat Masuk dalam Rumah yang Disebut Nama Allah


Ini juga di antara kelemahan setan, ia tidak dapat masuk dalam rumah yang pintunya ditutup dengan menyebut nama Allah.
Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا كَانَ جُنْحُ اللَّيْلِ – أَوْ أَمْسَيْتُمْ – فَكُفُّوا صِبْيَانَكُمْ ، فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَنْتَشِرُ حِينَئِذٍ ، فَإِذَا ذَهَبَ سَاعَةٌ مِنَ اللَّيْلِ فَحُلُّوهُمْ ، وَأَغْلِقُوا الأَبْوَابَ ، وَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لاَ يَفْتَحُ بَابًا مُغْلَقًا
Jika hari mulai gelap tahanlah anak-anak kalian (untuk keluar rumah) karena saat itu setan sedang berkeliaran. Jika telah lewat sebagian malam biarkanlah mereka. Tutuplah pintu-pintu dan ucapkanlah bismillah, karena sesungguhnya setan tidak akan bisa membuka pintu yang tertutup.” (HR. Bukhari no. 5623 dan Muslim no. 2012).
Dalam Fathul Bari disebutkan,
فَإِشَارَة إِلَى أَنَّ الْأَمْر بِالْإِغْلَاقِ لِمَصْلَحَةِ إِبْعَاد الشَّيْطَان عَنْ الِاخْتِلَاط بِالْإِنْسَانِ
“Perintah untuk menutup pintu karena terdapat maslahat agar setan menjauh dari rumah dan tidak bercampur dengan manusia.”
Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan agar selamat dari gangguan setan. Sebab ini yang telah Allah tetapkan supaya seseorang selama dari gangguan tersebut. Setan tidak mampu membuka wadah yang tertutup, begitu pula teko yang tertutup. Setan pun tidak bisa membuka pint, mengganggu anak kecil dan lainnya jika sebab-sebab tadi dilakukan.”
Oleh karenanya dalam hadits Jabir lainnya disebutkan manfaat menyebut nama Allah ketika masuk rumah. Dari Jabir bin ‘Abdillah, ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ بَيْتَهُ فَذَكَرَ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ وَعِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ لاَ مَبِيتَ لَكُمْ وَلاَ عَشَاءَ. وَإِذَا دَخَلَ فَلَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ دُخُولِهِ قَالَ الشَّيْطَانُ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ. وَإِذَا لَمْ يَذْكُرِ اللَّهَ عِنْدَ طَعَامِهِ قَالَ أَدْرَكْتُمُ الْمَبِيتَ وَالْعَشَاءَ
Jika seseorang memasuki rumahnya lantas ia menyebut nama Allah saat memasukinya, begitu pula saat ia makan, maka setan pun berkata (pada teman-temannya), “Kalian tidak ada tempat untuk bermalam dan tidak ada jatah makan.” Ketika ia memasuki rumahnya tanpa menyebut nama Allah ketika memasukinya, setan pun mengatakan (pada teman-temannya), “Saat ini kalian mendapatkan tempat untuk bermalam.” Ketika ia lupa menyebut nama Allah saat makan, maka setan pun berkata, “Kalian mendapat tempat bermalam dan jatah makan malam.” (HR. Muslim no. 2018).
Intinya, Imam Nawawi mengatakan bahwa hadits awal yang kita kaji menunjukkan dorongan untuk mengingat Allah di tempat-tempat yang disebutkan, termasuk tempat lain yang memiliki makna yang sama. Ulama Syafi’iyah sampai-sampai mengatakan dianjurkan untuk menyebut nama Allah dalam setiap urusan yang penting. Begitu pula hendaknya memuji Allah dalam setiap awal urusan yang penting pula berdasarkan hadits yang hasan yang telah masyhur.
Hanya Allah yang memberi taufik.

Serial 20 Alam Jin: Jin Tidak Bisa Mendatangkan Mukjizat


Kelemahan jin yang lainnya adalah ia tidak bisa mendatangkan mukjizat seperti yang telah dianugerahkan pada para Rasul sebagai dalil akan benarnya Rasul.
Ketika orang kafir itu mengklaim bahwa Al Quran itu adalah buatan setan, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا تَنَزَّلَتْ بِهِ الشَّيَاطِينُ وَمَا يَنْبَغِي لَهُمْ وَمَا يَسْتَطِيعُونَ  إِنَّهُمْ عَنِ السَّمْعِ لَمَعْزُولُونَ
Dan Al Quran itu bukanlah dibawa turun oleh syaitan- syaitan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Quran itu, dan merekapun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Quran itu. ” (QS. Asy Syu’araa: 210-212)
Allah menantang manusia dan jin untuk membuat yang semisal Al Qur’an.
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْآَنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. Al Israa’: 88)
Maksudnya, setan dan makluk lainnya tidak bisa mendatangkan mukjizat semisal Al Qur’an. Ini berarti kalamullah yaitu Al Qur’an tidaklah sama dengan perkataan manusia. Jika demikian sifat Allah lainnya pun tidak sama dengan sifat makhluk. (Lihat Taisirul Karimir Rahmaan, hal. 466).
Hanya Allah yang memberi taufik.