Minggu, 13 April 2014

( HADITS ) - ( TELADAN ) - ( KISAH )

( HADITS ) DOA KETEGUHAN HATI DALAM KETAATAN

Rasulullah SAW Bersabda :

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

“Yaa Muqallibal Quluub, tsabbit qolbi ‘ala diinik. Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

( TELADAN ) IBNU UMAR SEORANG PENGUSAHA AKHIRAT YANG SUKSES 

Diantara kedermawanan Ibn Umar ia jarang makan sendirian. Anak-anak yatim atau golongan melarat kerap diajaknya makan bersama-sama. Ia pernah menyalahkan anak-anaknya sendiri lantaran mengundang jamuan makan untuk kalangan hartawan. “Kalian mengundang orang-orang yang dalam kekenyangan, dan kalian biarkan orang-orang kelaparan.”

Sang dermawan memang bukan mencari nama dengan kedermawanannya. Dalam kesehariannya, kaum dhuafa akrab dengan Ibn Umar. Sifat santunnya, terutama kepada fakir miskin, bukan basa-basi. Orang-orang fakir dan miskin sudah duduk menunggu di tepi jalan yang diduga bakal dilewati Ibn Umar, dengan harapan mereka akan terlihat oleh Ibn Umar dan diajak ke rumahnya.

Bagaimana mungkin Ibn Umar dikatakan tak berhasrat pada dunia, sedang ia pedagang yang sukses? Sebagai pedagang ia berpenghasilan banyak karena kejujurannya berniaga. Selain itu ia menerima gaji dari Baitul Maal. Tunjangan yang diperolehnya tak sedikitpun disimpan untuk dirinya sendiri, tetapi dibagi-bagikannya kepada fakir miskin. Berdagang buat Ibn Umar hanya sebuah jalan memutar rezeki Allah di antara hamba-hambanya

Hati-hati. Adalah Abdullah ibn Umar orangnya, yang kalau dimintai fatwa enggan berijtihad. Karena takut berbuat kesalahan, meskipun ajaran Islam yang diikutinya sejak berusia 13 tahun memberi satu pahala bagi yang keliru berijtihad, dan dua pahala bagi yang benar ijtihadnya. Karena khawatir keliru berijtihad, ia pun menolak jabatan kadi atau kehakiman. Padahal ini jabatan tertinggi di antara jabatan kenegaraan dan kemasyarakatan, jabatan yang juga “basah”.

Pernah khalifah Utsman r.a. mau memberi jabatan kadi, tapi Ibn Umar menolak. semakin Khalifah mendesak, Abdullah ibn Umar makin tegas menolak.

“Apakah engkau tak hendak menaati perintahku?”

“Sama sekali tidak. Hanya, saya dengar para hakim itu ada tiga macam: pertama hakim yang mengadili tanpa ilmu, maka ia dalam neraka; kedua, yang mengadili berdasarkan nafsu, ia pun dalam neraka; dan ketiga, yang berijtihad sedang ijtihadnya betul, maka ia dalam keadaan berimbang, tidak berdosa tapi tidak pula beroleh pahala. Dan saya atas nama Allah memohon kepada antum agar dibebaskan dari jabatan itu,” kata Ibnu Umar.

Khalifah menerima keberatan itu dengan syarat, Ibn Umar tak menyamnpaikan alasan penolakannya kepada siapa pun. Sebab, jika seorang yang bertakwa lagi salih mengetahui hal ini, niscaya akan mengikuti jejak Ibn Umar. Kalau sudah demikian, pupuslah harapan khalifah mendapatkan kadi yang takwa dan salih.

Tak heran, dalam masa kepemimpinan Utsman ibn Affan, Abdullah ibn Umar kerap dimintai nasihat. Puncaknya, Utsman meminta Ibn Umar memegang jabatan kadi yang kemudian ditolaknya dengan hujjah, alasan yang kuat.


( KISAH ) HIKMAH SEGELAS AIR

Khalifah Harun Al-Rasyid disaat gelisah ia sempat mengundang ulama terkemuka pada masanya, Abu As-Sammak. Nasihatilah aku! pinta Khalifah. Pada saat yang sama, pelayan membawa segelas air untuk Khalifah. Sebelum minum, sang Ulama Abu As-Sammak berkata, Tunggu sebentar. Seandainya dalam keadaan sangat haus, sedangkan segelas air ini tidak kau peroleh, berapakah harga yang kau siap bayar? Jawablah dengan penghayatan dan jujur!

Aku akan bayar Setengah dari kekayaanku, jawab Khalifah.

Sang ulama pun mempersilakan khalifah minum. Selesai minum, Abu As-Sammak bertanya lagi, Seandainya air tadi mendesak untuk dikeluarkan, tapi kau tak mampu mengeluarkannya, berapakah yang akan engkau bayarkan agar ia keluar?

Khalifah menjawab, Setengah dari kekayaanku.

Kalau demikian, maka sadarilah bahwa seluruh kekayaan dan kekuasaan yang ada di sisimu, nilainya hanya segelas air. Tidak wajar diperebutkan dan dipertahankan tanpa hak. Ketahuilah, betapa banyak nikmat Allah selain segelas air itu yang telah engkau nikmati sehingga tidak wajar jika engkau tidak mensyukurinya, nasihat sang Ulama Abu As-Sammak kepada Harun Al-Rasyid.

Dialog singkat di atas memberikan pelajaran berharga. Pertama, hendaklah para penguasa negeri (umara) dalam seluruh tingkat untuk senantiasa meminta dan mendengar nasihat para ulama, dan menerapkan Syariat Allah karena ini amanah Allah yang sangat besar kepada para Umara.

Selagi para umara masih mendengar nasihat ulama yang jujur dan ikhlas karena Allah dalam menyampaikan Risalah-Nya, maka Insya Allah negeri ini akan selamat dari murka Allah.

Kedua, nilai segelas air. Air sangat berharga dalam kehidupan manusia. Manusia akan mati jika kekurangan cairan (dehidrasi). Air adalah awal dan sumber kehidupan alam semesta. Allah turunkan air yang tidak asin dengan kadar tertentu agar mendatangkan kebaikan kepada manusia dan alam semesta. (QS Al-Waqiah [56]: 68-70).

Hikmah lainnya ialah Jangan sampai logika nafsu, pendapat dari fikiran manusia yang sempit serta egoisme, dan ilmu manusia yang serba terbatas, kecil dan relatif lemah menghalangi mereka dalam mentaati Allah dan Rosul-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar