( HIKMAH ) ADANYA BERKAH DARI ORANGTUA


Kalau saya boleh menganalisa, kemunduran ekonomi keluarga kami justru terjadi tak lama setelah ibu meninggal dunia, katanya seolah menegaskan. Sewaktu kami masih merawat ibu, rasanya semua usaha yang saya lakukan mudah dan menghasilkan rejeki yang lumayan. Kakak dan saudara-saudara rajin bertandang, sehingga hubungan kami hangat dan mesra dengan mereka. Intinya, keberadaan ibu di rumah kami justru membawa berkah tersendiri, di balik perasaan repot yang kami rasakan.
Repot? Ah, begitulah selalu perasaan seorang anak apabila dihadapkan pada kewajiban mengurus dan merawat orang tua saat mereka sudah uzur. Sang anak beranggapan, bahwa kehadiran satu orang tua di tengah keluarga mereka akan menambah beban tidak saja secara ekonomi tetapi juga secara sosial. Sehingga, kebanyakan lebih memilih memberikan bantuan secara ekonomi dibanding menampung satu atap dalam keluarga mereka.
Padahal, apa yang kebanyakan kita sangka sebagai beban, justru ternyata di baliknya terdapat banyak keberkahan. Seperti cerita teman saya tadi, keberadaan orang tuanya telah membuat jalinan silaturahmi yang hangat dengan saudara dan kakak-kakaknya. Bukankan silaturahmi juga merupakan salah satu pembuka pintu rejeki?
Belum lagi kemustajaban doa orang tua. Saya yakin, tanpa dimintapun pastilah orang tua selalu mendoakan anaknya demi kebaikan dan keselamatan mereka. Apalagi bila kita merawat mereka, tentu doa-doa merupakan wujud terima kasih mereka. Belum lagi ganjaran pahala yang luar biasa karena merawat orang tua kita disaat mereka memang sangat membutuhkan.
Dari semua itu, rasanya memang tak berlebihan bila dikatakan bahwa keberadaan orang tua dalam rumah tangga kita justru merupakan keberkahan dan ladang pahala yang luar biasa bagi anak-anaknya.
Itulah mengapa kedudukan orang tua dalam pandangan Islam memang sangat tinggi. Penghormatan kepada mereka berada langsung di bawah penghormatan dan taat kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah pun tegas-tegas berfirman agar kita berlaku lemah lembut kepada mereka;
…… dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya ucapan yang mulia…….. (Al-Isra’: 23-24)
Tak terasa, saya pun teringat diri saya sendiri yang telah yatim piatu. Betapa menyesalnya saya tak memanfaatkan kesempatan untuk merawat mereka disaat mereka masih ada.
Kini hanya doa terbaik yang bisa kutitip untuk mengharap berkahnya.
Setetes air mata dan sebait doa mengalun lembut dalam hati saya: “Ya Rabb, ampunilah hamba yang tak kan pernah bisa membalas semua pegorbanan dan ketulusan cinta mereka. Ampunillah dosa orang tua hamba dan terimalah amal kebaikan mereka.” Aamiin
IBU ADALAH PEMBOHONG
[bohong disini adalah kiasan saja, bukan yang sebenarnya]
[bohong disini adalah kiasan saja, bukan yang sebenarnya]
INILAH FAKTA KEBOHONGAN DARI SEORANG IBU, YG WAJIB DIKETAHUI PUBLIK :
1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tidak lapar."
2. Waktu makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tidak suka daging, makanlah, nak.."
3. Tengah malam saat dia sedang menjaga anaknya yg sakit, Ia berkata, "Istirahatlah nak, ibu masih belum ngantuk.."
4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang."
5. Saat anak sudah sukses, menjemput ibunya untuk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tinggal di sana."
6. Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, tetapi ibu masih bisa tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa-apa." Ini adalah kebohongan terakhir yg dibuat ibu.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu selalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan-diri kita, tetapi beliau tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.
Semoga semua anak di dunia ini, bisa menghargai setiap kebohongan seorang ibu...!!
Dari ustadz abu harits

TASAWWUF
Ilustrasi
Senin, 24 Maret 2014 10:51 WIB
Tolak Jumpa Rasul, Uwais Masuk Surga
Penulis : Lina
Wahai Nabi Allah, bagaimana bisa ia menjadi penghuni langit, sementara ia menolak berjumpa denganmu?
Pada suatu hari, Rasul Saw. segera mendatangi isteri tercinta, Aisyah Ra., dan bertanya, “Aisyah, apakah ada seorang dari Yaman mencariku?”
“Benar, wahai Rasul! Jawab Aisyah. Ia sengaja berangkat dari Yaman karena ingin menemuimu. Tapi, karena engkau tidak ada dan ia telah berjanji tak akan meninggalkan ibunya terlalu lama, maka ia buru-buru pulang ke negerinya. Padahal saya sudah katakan sebentar lagi engkau akan tiba!”
Mendengar jawaban Aisyah, Umar dan Ali yang kala itu sedang berada di rumah Rasul pun sontak saling berpandangan. Mereka berpikir bahwa jarak dari Yaman ke Madinah terbentang begitu jauh, yakni sekitar 1000 kilo meter lebih. Artinya, orang itu telah bersusah payah datang ke Madinah. Tapi mengapa ia menolak memberikan sedikit waktunya untuk menunggu kedatangan Rasul dan memilih pulang untuk menemui ibunya? Mengapa ia lebih suka tidak berjumpa dengan Rasul ketimbang membuat hati ibunya kecewa?.
Melihat gelagat para sahabatnya itu, Rasul kemudian tersenyum dan berkata, “Dia lah penghuni langit. Jika kalian berjumpa dengannya, jangan lupa meminta doa agar mendapat ampunan dari Allah,” pesan Rasul. Saw.
“Wahai Nabi Allah, bagaimana bisa ia menjadi penghuni langit, sementara ia menolak berjumpa denganmu?” sergah salah satu sahabat.
“Karena pengabdiannya yang begitu tulus pada Ibundanya, maka Uwais berhak diangkat menjadi penghuni surga. Ia bukan penduduk bumi,” jawab Rasul Saw. dengan ramah.
---
Pemuda yang dimaksud Rasul itu bernama Uwais Al Qarani. Seorang pemuda Yaman yang begitu mencintai ibunya, dan rela melupakan keinginannya jumpa dengan rasul demi sang ibunda. Ia juga rela melupakan lelahnya perjalanan ribuan kilo meter dan kembali ke negerinya dengan tangan hampa demi tidak membuat ibunya kecewa.
Bayangkan, ia menolak jumpa dengan orang nomor satu di dunia, bahkan mungkin di akhirat--sebagai satu-satunya kekasih Allah, demi sang Ibunda. Lantas, bagaimana dengan kita (yang kadang melupakan ibunda, melupakan perintah orang tua--untuk hal hal-hal yang sepele, misal main dengan teman, dsb.?) Bukankah menolak bertemu Rasul demi ibunda, Uwais mendapat balasan surga?
Kisah ini merupakan adaptasi dari hadis Muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar