Selasa, 11 Maret 2014

( HIKMAH ) RAHASIA AL-QUR'AN MENINGGIKAN DERAJAT UMAT ISLAM

( HIKMAH ) RAHASIA AL-QUR'AN MENINGGIKAN DERAJAT UMAT ISLAM

Pengaruh Al-Qur’an sungguh luar biasa baik kepada gunung, bumi dan orang yang sudah meninggal. Perhatikan ayat-ayat berikut: “Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir,” (Al-Hasyr : 21).

“Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al-Qur’an itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka Tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji,” (Ar-Ra’d: 31).

Jika sedemikian hebatnya pengaruh Al-Qur’an bagi benda mati yang tak bernyawa dan tak berakal pikiran, maka Al-Qur’an harus lebih mampu mempengaruhi kita segenap manusia yang berakal pikiran apalagi yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad Saw.

Sejak semula Al-Qur’an telah dan akan terus memberi pengaruh yang kuat, namun tentu saja ada yang salah dan keliru dengan kita selaku obyek dan media bacaan kita sehingga Al-Qur’an belum memberi pengaruh apa-apa kepada kaum Muslimin.

Kita dilarang untuk memilah-milah ajaran Al-Qur’an, dalam pengertian bahwa seluruhnya harus kita ambil dan jadikan pedoman hidup. Sikap yang komprehensif dan tidak parsial merupakan karakter Al-Qur’an sendiri, sehingga barang siapa yang membagi-bagi dan memotong-motongnya dalam fragmentasi kecil maka ia akan mendapat azab dari Allah Swt. Dan Katakanlah: “Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan,” (Al-Hijr: 89), “sebagaimana (Kami Telah memberi peringatan), kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah),” (Al-Hijr:90), “(yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur’an itu terbagi-bagi. (Al-Hijr: 91).

Kita umat Islam dilarang untuk menyia-nyiakan petunjuk Al-Qur’an (Al-Furqon: 30), dan salah satu cara yang digunakan musuh-musuh Islam adalah dengan berbagai kampanye dan seruan untuk tidak mendengarkan dan mematuhi ajaran Al-Qur’an,

Allah berfirman, Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka,”(Fusshilat; 26), dari petunjuk ayat ini kita dapat merasakan bahwa kaum kuffar mengetahui rahasia dan strategi untuk mengalahkan umat Islam dan menghapus cahaya kebenaran Al-Islam dari peta dunia, yaitu dengan menjauhkan umat muslim dari petunjuk Al-Qur’an, maka kita pun dibuat mereka hiruk pikuk dan sibuk dengan beragam teori dan konsep asing dalam menjalankan hidup seraya tercerabut dari akar ideologi Al-Islam yang diridai Allah Swt, dimana Al-Qur’an merupakan sentral dan jantung bagi peta jalan menuju kebangkitan yang sejati.

Marilah kita bercermin kepada generasi terbaik umat (Umat Islam pertama yang shalih) dalam mengubah dan mereposisi dua hal pokok problem besar umat Islam dewasa ini. Berikut beberapa petikan pernyataan mereka di bawah ini;

Al-Hasan ibn ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Sungguh, orang-orang sebelum kalian telah memandang Al-Qur’an laksana surat-surat (perintah) dari Rabb mereka, maka senantiasa mereka selami maknanya pada malam hari dan mereka menerapkannya di siang harinya.”

Imam Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, “Sungguh, Al-Qur’an ini telah dibaca oleh budak-budak sahaya dan anak kecil yang tak mengerti apapun penafsirannya. Ketahuilah bahwa mentadabburi ayatnya tak lain adalah dengan mengikuti segala petunjuknya, tadabbur tak hanya sekedar menghafal huruf-hurufnya atau memelihara dari tindakan menyia-nyiakan batasannya. Sehingga ada seorang berkata sungguh aku telah membaca seluruh Qur’an dan tak ada satu huruf pun yang luput, sungguh demi Allah orang itu telah menggugurkan seluruh Qur’an karena Qur’an tak berbekas dan tak terlihat pengaruhnya pada akhlak dan amalnya!”

Abdullah ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Sungguh, dahulu kami kesulitan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an namun amat mudah bagi kami mengamalkannya. Dan sekarang, generasi setelah kami begitu mudahnya menghafal Al-Qur’an namun amat sulit bagi mereka mengamalkannya.”

Abdullah ibn ‘Umar ibn Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Kami telah mengalami masa yang panjang dalam perjuangan Islam, dan seorang dari kami telah ditanamkan keimanannya sebelum diajarkan Al-Qur’an, sehingga tatkala satu surah turun kepada Nabi Muhammad Saw maka ia langsung mempelajari dan mengamalkan halal-haram, perintah-larangan dan apa saja batasan agama yang harus dijaga. Lalu aku melihat banyak orang saat ini yang diajarkan Al-Qur’an sebelum ditanamkan keimanan dalam dirinya, sehingga ia mampu membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir dan tak mengerti apa-apa soal perintah dan larangan dan batasan apa saja yang mesti dipelihara.”

Al-Fudlayl ibn ‘Iyadh berkata, “Seorang pemikul Al-Qur’an adalah sejatinya pemikul bendera Islam, ia tak boleh bermain-main, lalai dan menyia-nyiakan diri sebagai bentuk pemuliaan atas hak-hak Al-Qur’an. Sehingga jika para penghafal Al-Qur’an dapat memenuhi kriteria di atas, maka sepantasnya merekalah yang mengendalikan dan mengarahkan kehidupan umat ini agar berdiri sesuai ajaran Kitabullah. Tempat yang pantas bagi mereka adalah penasehat (ahli syura) dan tim pakar bagi para penguasa dan pemimpin muslim.”

Kondisi tersebut amat kontras jika dibandingkan dengan kondisi para huffazh dan hamalatul Qur’an dewasa ini yang banyak di antara mereka hanya cukup menjadi penonton, menunggu giliran khataman Qur’an dengan honor tertentu ataupun berburu piala dan hadiah bergengsi dari berbagai perlombaan Al-Qur’an di level nasional dan internasional. Para huffazh di era sahabat adalah kaum elit, para pengarah kebijakan, dan kompas kehidupan bagi umat serta tempat bagi para penguasa untuk mencari solusi masalah kehidupan rakyat dengan bimbingan Al-Qur’an.

Photo: ( HIKMAH ) RAHASIA AL-QUR'AN MENINGGIKAN DERAJAT UMAT ISLAM

Pengaruh Al-Qur’an sungguh luar biasa baik kepada gunung, bumi dan orang yang sudah meninggal. Perhatikan ayat-ayat berikut: “Kalau sekiranya kami turunkan Al-Qur’an Ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir,” (Al-Hasyr : 21).

“Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al-Qur’an itulah dia). Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka Tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji,” (Ar-Ra’d: 31).

Jika sedemikian hebatnya pengaruh Al-Qur’an bagi benda mati yang tak bernyawa dan tak berakal pikiran, maka Al-Qur’an harus lebih mampu mempengaruhi kita segenap manusia yang berakal pikiran apalagi yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad Saw. 

Sejak semula Al-Qur’an telah dan akan terus memberi pengaruh yang kuat, namun tentu saja ada yang salah dan keliru dengan kita selaku obyek dan media bacaan kita sehingga Al-Qur’an belum memberi pengaruh apa-apa kepada kaum Muslimin.

Kita dilarang untuk memilah-milah ajaran Al-Qur’an, dalam pengertian bahwa seluruhnya harus kita ambil dan jadikan pedoman hidup. Sikap yang komprehensif dan tidak parsial merupakan karakter Al-Qur’an sendiri, sehingga barang siapa yang membagi-bagi dan memotong-motongnya dalam fragmentasi kecil maka ia akan mendapat azab dari Allah Swt. Dan Katakanlah: “Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan,” (Al-Hijr: 89), “sebagaimana (Kami Telah memberi peringatan), kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah),” (Al-Hijr:90), “(yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur’an itu terbagi-bagi. (Al-Hijr: 91).

Kita umat Islam dilarang untuk menyia-nyiakan petunjuk Al-Qur’an (Al-Furqon: 30), dan salah satu cara yang digunakan musuh-musuh Islam adalah dengan berbagai kampanye dan seruan untuk tidak mendengarkan dan mematuhi ajaran Al-Qur’an, 

Allah berfirman, Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran Ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka,”(Fusshilat; 26), dari petunjuk ayat ini kita dapat merasakan bahwa kaum kuffar mengetahui rahasia dan strategi untuk mengalahkan umat Islam dan menghapus cahaya kebenaran Al-Islam dari peta dunia, yaitu dengan menjauhkan umat muslim dari petunjuk Al-Qur’an, maka kita pun dibuat mereka hiruk pikuk dan sibuk dengan beragam teori dan konsep asing dalam menjalankan hidup seraya tercerabut dari akar ideologi Al-Islam yang diridai Allah Swt, dimana Al-Qur’an merupakan sentral dan jantung bagi peta jalan menuju kebangkitan yang sejati.

Marilah kita bercermin kepada generasi terbaik umat (Umat Islam pertama yang shalih) dalam mengubah dan mereposisi dua hal pokok problem besar umat Islam dewasa ini. Berikut beberapa petikan pernyataan mereka di bawah ini;

Al-Hasan ibn ‘Ali Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Sungguh, orang-orang sebelum kalian telah memandang Al-Qur’an laksana surat-surat (perintah) dari Rabb mereka, maka senantiasa mereka selami maknanya pada malam hari dan mereka menerapkannya di siang harinya.”

Imam Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah berkata, “Sungguh, Al-Qur’an ini telah dibaca oleh budak-budak sahaya dan anak kecil yang tak mengerti apapun penafsirannya. Ketahuilah bahwa mentadabburi ayatnya tak lain adalah dengan mengikuti segala petunjuknya, tadabbur tak hanya sekedar menghafal huruf-hurufnya atau memelihara dari tindakan menyia-nyiakan batasannya. Sehingga ada seorang berkata sungguh aku telah membaca seluruh Qur’an dan tak ada satu huruf pun yang luput, sungguh demi Allah orang itu telah menggugurkan seluruh Qur’an karena Qur’an tak berbekas dan tak terlihat pengaruhnya pada akhlak dan amalnya!”

Abdullah ibn Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Sungguh, dahulu kami kesulitan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an namun amat mudah bagi kami mengamalkannya. Dan sekarang, generasi setelah kami begitu mudahnya menghafal Al-Qur’an namun amat sulit bagi mereka mengamalkannya.”

Abdullah ibn ‘Umar ibn Al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Kami telah mengalami masa yang panjang dalam perjuangan Islam, dan seorang dari kami telah ditanamkan keimanannya sebelum diajarkan Al-Qur’an, sehingga tatkala satu surah turun kepada Nabi Muhammad Saw maka ia langsung mempelajari dan mengamalkan halal-haram, perintah-larangan dan apa saja batasan agama yang harus dijaga. Lalu aku melihat banyak orang saat ini yang diajarkan Al-Qur’an sebelum ditanamkan keimanan dalam dirinya, sehingga ia mampu membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir dan tak mengerti apa-apa soal perintah dan larangan dan batasan apa saja yang mesti dipelihara.”

Al-Fudlayl ibn ‘Iyadh berkata, “Seorang pemikul Al-Qur’an adalah sejatinya pemikul bendera Islam, ia tak boleh bermain-main, lalai dan menyia-nyiakan diri sebagai bentuk pemuliaan atas hak-hak Al-Qur’an. Sehingga jika para penghafal Al-Qur’an dapat memenuhi kriteria di atas, maka sepantasnya merekalah yang mengendalikan dan mengarahkan kehidupan umat ini agar berdiri sesuai ajaran Kitabullah. Tempat yang pantas bagi mereka adalah penasehat (ahli syura) dan tim pakar bagi para penguasa dan pemimpin muslim.”

Kondisi tersebut amat kontras jika dibandingkan dengan kondisi para huffazh dan hamalatul Qur’an dewasa ini yang banyak di antara mereka hanya cukup menjadi penonton, menunggu giliran khataman Qur’an dengan honor tertentu ataupun berburu piala dan hadiah bergengsi dari berbagai perlombaan Al-Qur’an di level nasional dan internasional. Para huffazh di era sahabat adalah kaum elit, para pengarah kebijakan, dan kompas kehidupan bagi umat serta tempat bagi para penguasa untuk mencari solusi masalah kehidupan rakyat dengan bimbingan Al-Qur’an.

(Informasi) 

Seminar Akbar #MiladWEHA (Wisatahati) bersama Ust.Yusuf Mansur, Dr.Ali Toha & Peggy Melati Sukma. Ahad 16 Mar'14. Menara K-Link, Jl.Gatot Subroto-Jaksel. DAFTAR: 021-5541800, 087808875220 / 087780876227 / 085319123060 /

Tidak ada komentar:

Posting Komentar